Paper Wall - Dua Puluh Tujuh

438 124 14
                                    

Kyungsoo mengedarkan pandangannya, ia tak juga menemukan presensi Mia setelah siang tadi pamit membeli minum. Bahkan ketika neneknya hendak dimakamkan, Mia tak kembali dari acara beli minumnya.

Sekarang ia dan keluarganya sedang bersiap untuk memakamkan Yuh Jung. Beberapa kali Hyo Jin memeluknya karena tahu Kyungsoo sangat dekat dengan ibu mertuanya. Lelaki itu sangat murung saat mereka pulang dan bersiap.

Baekhyun yang cukup peka dengan raut Kyungsoo lantas mendekat saat ibunya memilih menemani ayahnya untuk mengurus beberapa hal. Tadinya ia sedang menunggu untuk memanaskan mobil yang akan membawa mereka ke makam, tapi ia perlu menyampaikan hal yang mengganjalnya sedaritadi.

“Kyungsoo,” panggilnya sambil mendekat. Kyungsoo mendongak dari posisi duduknya yang terus menunduk memperhatikan lantai. Baekhyun mendudukkan diri di samping sang kembaran dan berdeham. “Mia tahu kalau eomma tidak mengetahui hubunganmu dengannya.”

“Maksudnya?” tanya Kyungsoo memastikan.

“Kau pasti mengerti maksudku …” jawab Baekhyun setelah menghela napas. “ … aku pikir kau sudah memberitahu Mia kalau hanya eomma yang tak merestui—ah! Maksudku tak suka dengannya. Tapi saat gadis itu pergi dan menghiraukan panggilanku, aku tahu bahwa permintaanmu waktu itu untuk tak memberitahu eomma soal hubungan kalian serius.”

Perasaan Kyungsoo sekarang semakin kacau setelah mendengar penuturan saudaranya sendiri. Sudah cukup hari ini ia kehilangan nenek tersayangnya, sekarang ia malah mengetahui bahwa Mia baru saja berbicara dengan ibunya. Apalagi membicarakan soal hubungan mereka.

“Mungkin eomma tersindir karena halmeoni ingin bertemu dengan Mia sebelum mengembuskan napas terakhirnya,” lanjut Baekhyun sambil menoleh ke arahnya.

“Baekhyun, Kyungsoo, ayo masuk ke mobil.” Lay menginterupsi pembicaraan mereka sambil bergegas, Baekhyun hanya menepuk pundak Kyungsoo sebagai bentuk ajakan. Sebelumnya Kyungsoo sudah mencoba menghubungi Mia, namun gadis itu tak mengangkat satu panggilan pun darinya.

Ia menghela napas, mengurus jenazah neneknya lebih penting sekarang.














***

Tangisan mendominasi ruangan duka setelah Yuh Jung selesai dimakamkan. Para lelaki sibuk menjamu beberapa kerabat dan tetangga yang datang untuk berbela sungkawa. Kyungsoo sendiri masih duduk di depan foto mendiang sang nenek dengan mata yang berkaca-kaca.

Perasaannya terasa ambruk sekarang. Dua kali ia ditinggalkan wanita yang begitu berarti baginya. Kyungsoo memijat keningnya, kepala lelaki ini sedikit pening karena mungkin bisa jadi efek kelelahan. Perutnya saja masih kosong karena tak sempat untuk makan. Lebih tepatnya ia merasa tak berselera.

Ketika ia memejamkan mata bermaksud untuk melawan rasa pening, bayangan-bayangan tawa sang nenek dengannya malah melintas di kepala Kyungsoo. Sejak kecil ia sangat dekat dengan Yuh Jung, hanya dia yang selalu paling benar-benar mengerti keadaannya.

Saat Ji Hyun meninggal, Yuh Jung selalu mendukungnya untuk bangkit. Bukan berarti yang lain tak mendukungnya, hanya saja keberadaan sang nenek sangat berarti bagi Kyungsoo. Ada cara tersendiri membuatnya merasa ingat lagi bagaimana caranya tersenyum.

Selama ini wanita tua itu yang selalu dilarang banyak hal, bahkan sampai Kyungsoo sering menangkap raut neneknya yang tak nyaman.

Hanya karena Mia, ia bisa menemukan senyuman neneknya kembali merekah dan merasa lepas dalam berekspresi. Kekasihnya, yang baru saja ia kecewakan lewat ibunya. “Mia …”

Gwenchana?” (Kau baik-baik saja?)

Sebuah elusan dirasakannya di punggung, begitu ia mendongak dan melihat siapa yang bertanya, segera saja orang itu tersenyum tipis. Gadis yang dipanggilnya pelan barusan.

“Makan dulu, ya. Kata Baekhyun kau belum makan apa-apa sejak tadi,” lanjutnya sambil merapikan rambut Kyungsoo sebentar. Tak perlu menunggu lebih lama, Kyungsoo memeluk kekasihnya dengan erat. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Mia yang berangsur mengelus punggung serta kepalanya pelan-pelan. Tubuhnya bergetar, sepertinya ia menangis.

Mia tahu Kyungsoo butuh dirinya. Jadi walaupun ia benar-benar kecewa dan ingin mempertanyakan banyak hal, semua itu ia pendam dengan susah payah. Yang penting Kyungsoo tidak apa-apa, itu yang utama sekarang.

Hyo Jin dan Insung yang melihat pemandangan itu dari jauh tak berani untuk menginterupsi. Istri Insung ini hanya mengepalkan tangannya dan mengalihkan perhatian. Kemudian ia bisa mendengar suara suaminya yang terdengar pelan namun menusuk perasaannya.

“Kau hampir saja membuat Kyungsoo menjadi lebih murung, berterimakasihlah pada Mia.”














***

Besoknya, Baekhyun mengetuk pelan pintu kamar Kyungsoo sambil setelahnya masuk. Saudaranya ini masih tidur walau ia sudah membangunkannya dengan cukup keras. Mia yang juga ikut ke kamar –karena pagi-pagi sekali langsung ke rumah Kyungsoo- turut membantu membangunkannya.

Karena Mia sudah cukup tahu cara cepat membangunkan Kyungsoo yang kemungkinan sedang bermimpi, ia langsung mengarahkan bibirnya ke telinga sang kekasih. Berujar pelan padanya bahwa Kyungsoo harus bangun.

Setelah itu Kyungsoo mengerjap-ngerjapkan matanya yang otomatis berair. Mia dan Baekhyun yang melihat itu jadi menduga bahwa dia baru saja memimpikan Yuh Jung. Kedua tangannya terbuka dan memeluk Mia seketika.

Halmeoni masih denganku,” ujarnya serak di telinga Mia. Baekhyun menatap gadis itu dan memberinya kode untuk izin pergi, ia akan membawakan beberapa sarapan. Walaupun ia tipe orang yang malas melayani seseorang –terlebih kembarannya sendiri yang cukup galak-, tapi ia masih punya hati nurani untuk sedikit mengalah sekarang.

Ia tahu betul bahwa Kyungsoo sangat dekat dengan neneknya, jadi Baekhyun sedikit-banyak sangat mengerti bagaimana ketika Kyungsoo ditinggal Yuh Jung.

“Mia, soal hubungan kita—"

“Nanti saja, ya.” Mia melepaskan pelukan dan mengelus pipi Kyungsoo lembut, ia juga tersenyum. Menandakan belum mau membahas hubungan pribadi mereka. “Kau mandi dulu, aku akan bereskan kamarnya.”

Kyungsoo bangkit dan menuruti perintah Mia dengan lemas, sedangkan kekasihnya ini dengan gesit membereskan kamar. Setelah hanya tinggal dirinya di dalam kamar, Mia tak sengaja menemukan fotonya di laci nakas saat ingin memasukkan jam tangan Kyungsoo.

Selembar foto yang sepertinya sengaja dicetak ketika ia memejamkan mata di atas tumpuan tangan saat kelas kepenulisan. Mia ingat, waktu itu ia terlalu malu untuk menatap Kyungsoo setelah mendapatkan ciuman dadakan di bibirnya.

Ia tersenyum tipis.

“Aku tahu kau menyukaiku walau kau tak mengatakannya, Kyungsoo. Aku … yakin akan hal itu.”

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang