Paper Wall - Dua Puluh Delapan

451 102 11
                                        

Mia turun ke meja makan bersama Kyungsoo setelah mendapat paksaan darinya. Padahal Baekhyun sudah membawakan makanan ke kamarnya, sayang sekali Kyungsoo menolak dan memilih mengajak kekasihnya makan bersama.

Bukan tanpa alasan. Ternyata gadis ini pergi ke rumahnya tanpa sarapan.

Baru saja mereka mendekat ke arah meja, Hyo Jin sudah memberikan tatapan tak suka saat keluar dari dapur. Serta Mia yang mulai mengalihkan pandangannya karena kurang nyaman. Seketika ruangan menjadi hening karena kedatangan gadis ini.

Irene dan Du Ling yang berusaha mencairkan suasana dengan menyapa Mia jadi bingung sendiri sekarang, entah kenapa hawanya tak enak. Seperti menegangkan tapi sebenarnya tak ada alasan khusus kenapa bisa begitu –karena mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi-.

“Mungkin ini terlalu awal untuk membicarakannya,” ujar Kyungsoo setelah beberapa kali membuang napas. Ia sudah kurang nyaman dengan situasinya. “tapi aku ingin mengatakan satu hal.”

“Kyungsoo—"

“Mia kekasihku,” ucap Kyungsoo memotong panggilan Lay. Kakak tertuanya ini segera menoleh ke arah Hyo Jin yang masih menatap datar putranya. Karena memang pada dasarnya ia sudah tahu tentang hal ini dari Baekhyun.

“Bukannya memang begitu?” tanya Haechan polos sambil mendekatkan mangkuk sayur ke arah kakeknya. Kyungsoo tak menjawab, perlahan menatap ibunya dengan sendu.

Sungguh, Mia benar-benar ingin keluar saja dari keadaan ini untuk sekarang. Tapi tak sopan saja rasanya jika ia pergi, jadi ia hanya memainkan jari-jarinya di samping Kyungsoo. Beberapa anggota keluarga lain minus anak kecil sudah mengerti dengan hal ini, jadi mereka hanya diam.

Sampai tak lama mangkuk sayur milik kakek Kyungsoo tumpah. Dengan gesit Mia membantunya membersihkan –posisinya lebih dekat-, membuat Hyo Jin berhenti untuk mendekat.

Harabeoji, gwenchana?” (Kakek, kau baik-baik saja?) tanya Mia panik sambil menyimpan mangkuk plastiknya ke meja. Ia meminta lap yang langsung diserahkan oleh Du Ling padanya. Geun Hyung selaku kakek Kyungsoo menghela napas dan berdiri.

“Aku mau ke kamar.”

“Makanannya?” tanya Mia yang tak dijawab sama sekali oleh Geun Hyung. Seketika suasana makin canggung setelah kepergian orang paling tua di sana. Mia akhirnya berdiri dan mengambil mangkuk baru. “Permisi.”

Dia membawa beberapa makanan ke atas nampan dan berdiri menghampiri Kyungsoo setelah meminta izin tadi. Ia meminta kekasihnya untuk menunjukkan di mana letak kamar Geun Hyung. Kyungsoo mempersilakan Mia untuk ikut berjalan di sampingnya, mereka menuju kamar sang kakek.

Selain karena tak ingin membiarkan Geun Hyung sendiri, Mia juga ingin menghindari Hyo Jin.

Perlahan Mia masuk ke dalam kamar setelah mengetuk pintunya walau tak ada sahutan. Ia meminta Kyungsoo untuk meninggalkannya saja. Dengan keberanian yang ada, Mia mendekat ke Geun Hyung yang sedang duduk menghadap ke jendela.

Dia hanya melamun, mungkin memikirkan mendiang Yuh Jung. Karena tangannya memegang sebuah album foto usang yang masih menyimpan beberapa potret mereka ketika bersama. Dengan pelan Mia menyimpan nampannya di atas nakas dan tersenyum di samping Geun Hyung.

Harabeoji tampan sekali!” pujinya menunjuk salah satu foto sang kakek ketika masih muda. Geun Hyung menoleh dengan wajah tanpa ekspresi, walau begitu Mia tetap mempertahankan senyumnya. “Helmeoni juga.”

Mia berjongkok di sampingnya dan melihat dengan teliti beberapa foto itu. Ia juga sesekali mengoceh soal betapa lucunya pasangan ini ketika dulu. Walau itu tak membuat senyum Geun Hyung tercipta.

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang