Setelah selesai menonton, Kyungsoo pergi belanja dengan tetap ditemani Mia. Bahkan gadis itu repot-repot memilihkan baju untuknya. Kecerewetan Mia soal fashion yang Kyungsoo kenakan membuat lelaki itu sering terkekeh karena gadis itu lebih banyak sok tahunya.
Omong-omong soal Jooheon, dia entah pergi kemana. Dugaan Mia, sepertinya lelaki itu pulang dan bersembunyi di pelukan ibunya.
“Mau kemana lagi?” tanya Mia setelah mengantar Kyungsoo membeli satu setel pakaian untuk menghadiri acara penghargaan nanti.
“Kau sendiri?” tanya Kyungsoo balik sambil berjalan ke luar.
“Panas, jajan ice cream yuk!” ajak Mia sambil menunjuk salah satu kedai ice cream yang buka tak jauh dari depan mall. Kyungsoo mengangguk setelah menyimpan belanjaannya sebentar ke mobil dan melesat ke kedai.
Alih-alih pesan ice cream yang mahal atau unik untuk dijadikan update-an sosial media, Mia juatru memilih ice cream dengan cone yang sederhana. Tidak seperti para perempuan yang ada di sekitar Kyungsoo saat ini. Jenis yang mereka pesan begitu menyesakkan mata saking ramenya.
Setelah cukup lama terdiam karena terlalu menikmati dinginnya makanan manis itu, Mia akhirnya bertanya apakah mereka akan berpisah mulai hari ini? Kyungsoo tak menjawab dan memilih mengaduk ice cream dalam cup-nya.
Sesuai perjanjian. Setelah Mia bisa mengendalikan mimpi, mereka akan berpisah. Walau tampak bertanya dengan nada yang santai, nyatanya Mia belum mau berpisah dengan Kyungsoo. Mereka kan bisa berteman lebih lama, pikirnya. Hatinya murung memikirkan itu.
“Tapi sebenarnya kan keluargaku belum sepenuhnya mengakui bahwa kita tak pacaran,” sahut Kyungsoo. Mia mengangguk-angguk, bagiannya belum selesai dalam kesepakatan mereka. Ia mulai memutar otak.
“Apa yang harus aku lakukan supaya mereka percaya bahwa kita hanya teman?” tanyanya dengan polos sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di pipi. Kyungsoo yang melihat itu hanya menyunggingkan senyum sambil menggeleng pelan dan menyuapkan ice cream miliknya.
“Tak usah buru-buru.”
Mia mengedikkan bahunya tak acuh dan kembali menyantap ice cream. Sebenarnya Kyungsoo tak mengerti. Di saat ia selalu mati-matian menekan dirinya bahwa Mia hanya hama yang mengganggu ketentraman hidupnya, di saat itu pula ada bagian dari dirinya yang mulai menerima semua kerusuhan Mia terhadapnya.
Ada saatnya ia merasa seperti kembali ‘hidup’ setelah selama ini hanya mengurung diri dan memasang topeng baik-baik saja. Lambat laun Mia membuatnya kembali mengenal tawa, perasaan bahagia, sebuah debaran …
“Ah!” pekik Mia tiba-tiba sambil menjentikkan jarinya dengan senyum merekah. “Aku bisa mengajak Jooheon balikan dan mengenalkannya pada keluargamu. Dengan begitu, mereka akan percaya kalau kita hanya teman. Iya, kan?”
… dan perasaan cemburu serta tak rela. Perasaan yang lahir dari perasaan lain, orang menyebutnya rasa sayang.
“Kenapa harus begitu?” tanya Kyungsoo dingin.
“Ya— karena hanya itu yang terlintas dalam pikiranku.” Kyungsoo menghentikan tangannya yang sempat mengaduk ice cream, ia menatap dengan tajam dan menusuk sampai membuat Mia bingung serta takut sendiri. “W— wae?” (kenapa?)
Kyungsoo mengembuskan napas dengan pelan, ia mengalihkan sebentar bola matanya ke meja tempat mereka duduk dan kembali menatap Mia sedikit lebih santai.
“Kenapa tidak kita saja yang pacaran?”
“…”
Napas Mia tertahan seketika. Ia menatap tak percaya ke arah Kyungsoo dengan dada yang mulai berdebar kencang. Tubuhnya membeku, ia menelan ludah demi menghilangkan kegugupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Wall
FanfictionKetika si pengendali mimpi bertemu dengan Author Fanfiction yang mengandalkan mimpi untuk tulisannya. Ada yang tahu jika mimpi sebenarnya bisa dikendalikan? Jika tidak, ayo berkenalan dengan Mia Melody. Gadis pengangguran yang punya pekerjaan sampin...