Mia datang ke café yang Shin Hye janjikan mereka akan bertemu. Baru beberapa hari mereka berpisah, sepertinya Shin Hye sudah gemas untuk bertemu dengannya. Maklum, dulu dia sering ada di rumah dan menemaninya melakukan banyak hal.
Mia rasanya sangat bersalah.
Sekian menit menunggu sambil menyesapi minuman, Shin Hye akhirnya datang dengan senyuman merekah penuh kerinduan. Keduanya melambai semangat, sampai mata Mia menangkap eksistensi seseorang yang begitu membuatnya tak bisa berkata-kata.
Setelah saling sapa, mereka duduk saling berhadapan. Posisinya Mia di samping Shin Hye, sedangkan Hyo Jin ada di depan mereka. Selagi Mia berpikir sambil keduanya memesan kudapan, Shin Hye sempat berbisik, “Kami saling mengenal.”
“Lama tak bertemu,” kata Hyo Jin setelah pesanannya datang. Dia tersenyum menatap Mia yang gelagapan sendiri karena bingung akan perubahan drastis sikap ibu Kyungsoo ini. Senyumnya tercetak tipis, ia harus berpikir untuk memberikan respons. Kebiasaannya kalau berhadapan dengan Hyo Jin.
“Iya.”
“Memang tidak lama jangka waktu sejak kita bertemu, ketika Kyungsoo bangun dan kau pergi begitu saja tanpa kabar,” ucapnya tampak tenang, persis seperti Kyungsoo jika sedang serius. “aku menemuimu untuk minta maaf.”
“Eh?”
Tangan Mia nyaris saja mengorek kupingnya karena takut salah mendengar, sadar tindakan itu sungguh tak sopan, dia langsung menahan dirinya untuk bertanya lebih banyak sebagai alternatif lain bentuk keanehannya.
Mulutnya tetap diam, matanya sibuk meliriki Shin Hye untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Mendadak ibu Kyungsoo yang selalu ketus ini melunak di hadapannya. Tidak ada kalimat sewot, tidak ada tatapan benci, atau gestur jengah jika ada di depannya.
“Aku minta maaf untuk semua yang aku lakukan. Aku sungguh malu tapi jika aku tak meminta maaf, aku hanya akan hidup dalam penyesalan. Bagaimana bisa aku membenci orang yang selalu bersikap baik pada keluargaku?” tanyanya. “Membuat mereka tertawa, nyaman, bahkan mengulurkan tangan di saat dibutuhkan.”
Mia yang semula terduduk tegap karena canggung perlahan menurunkan ketegangannya, ia mengamati tindakan tulus ibu Kyungsoo tersebut dalam diam. Melihat reaksi lawan bicaranya yang tak memberi respons, Hyo Jin lantas tersenyum miris.
“Tidak apa-apa jika kau tak memaafkanku,” katanya. Sontak Mia menggeleng dan berkata bahwa dia sudah memaafkannya. Dari niat Hyo Jin untuk menemuinya saja sudah Mia hargai. Karena minta maaf bukan perkara yang mudah.
“Aku memaafkanmu, eomma-nim. Sungguh,” sahut Mia menepuk-nepuk tangan Hyo Jin yang kini menggenggamnya. “Gwenchana.”
Tak lama setelah Mia membiarkan Hyo Jin tenang karena nyaris menangis, ibu Kyungsoo itu akhirnya angkat bicara ke topik yang lebih serius. Menjurus banyak permohonan yang akan dikeluarkannya.
“Mia, kau sungguh tak ingin menemui Kyungsoo? Dia mencarimu,” katanya pelan. Mia menoleh ke ibunya yang hanya berkedip dua kali dengan tatapan penuh arti. Lantas Mia menatap Hyo Jin lagi dan menggeleng sambil tersenyum. “kenapa? Apa karena aku?”
“Eomma-nim, mungkin itu bisa jadi alasannya. Tapi bukan berarti aku berubah pikiran atas keputusanku. Ada lebih dari satu alasan kenapa aku tidak ingin kembali atau menemui Kyungsoo. Anakmu itu seperti racun.”
Shin Hye menyenggol putrinya sambil melotot, padahal jelas sekali Mia mengatakannya untuk candaan. Hyo Jin juga sempat meloloskan kekehan mendengarnya, kekehan pelan yang berlangsung sebentar saja.
“Aku minta maaf, tapi ini sudah menjadi keputusanku. Semoga kalian tetap bahagia. Salam kepada kakek Geun Hyung, aku merindukannya,” lanjut Mia.
![](https://img.wattpad.com/cover/163161187-288-k468859.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Wall
FanfictionKetika si pengendali mimpi bertemu dengan Author Fanfiction yang mengandalkan mimpi untuk tulisannya. Ada yang tahu jika mimpi sebenarnya bisa dikendalikan? Jika tidak, ayo berkenalan dengan Mia Melody. Gadis pengangguran yang punya pekerjaan sampin...