Paper Wall - Lima Puluh

414 93 63
                                    

Alasan Kyungsoo ingin bertemu dengan Jihyun kemarin di taman adalah karena musik yang didengarnya dari suatu tempat membuat ia merindukan perempuan itu. Kebetulan Jihyun punya waktu luang, jadinya mereka bisa membicarakan banyak hal.

“Kenapa? Sejak kemarin kau seperti tak nyaman akan sesuatu,” tanya Jihyun saat mereka sedang makan siang bersama. Kyungsoo memang tak menceritakan soal suara yang hanya didengar olehnya di taman kemarin.

“Bukan apa-apa.” Kyungsoo kembali menyuapkan makanannya ke dalam mulut, sebenarnya entah kenapa tidak berasa. Tapi dia tetap butuh asupan untuk hidup, bukan?





















***

Besoknya Mia datang lagi ke rumah sakit, di sana beberapa keluarga Kyungsoo sedang sibuk membereskan kamarnya. Baekhyun untung selalu ada di sana, akan menemani Mia karena ia tahu jika ibunya dan perempuan itu hanya berdua saja bisa menyebabkan obrolan yang kurang menyenangkan.

Hari ini rencananya Kyungsoo akan rawat jalan di rumah, seperti sarannya.

Setelah membantu sebisanya, Mia hanya duduk di kursi meja rias sambil menunggu Hyo Jin membenahi posisi tidur sang anak.

“Kau mau sesuatu? Camilan misalnya?” tawar Irene sambil tersenyum ramah. Mia menggeleng sambil berujar terimakasih untuk tawarannya, ia segera mendekat ke kasur Kyungsoo ketika Hyo Jin menjauh dari sana.

“Siang, Kyungsoo. Bagaimana keadaanmu?” tanya Mia mendekatkan mulutnya ke telinga ke sang empu lalu menyimpan tas. Ia mengeluarkan speaker kemarin dan menyimpannya di atas nakas sambil memilih lagu apa kira-kira yang akan diputarnya.

Kalau lama-lama pakai earphone tidak baik.


“Ini lagu yang kau sukai, aku putar sekarang, ya...” kata Mia sambil masih mendekatkan bibirnya ke telinga Kyungsoo. Baekhyun baru saja memberinya kursi untuk Mia agar memudahkannya bicara dalam jarak yang dekat.















***

Lagu EXO yang berjudul Love Me Right menjadi sapaannya hari ini, Kyungsoo yang sedang berkendara dari jalan-jalannya lantas memutar menuju rumah. Untung saja jaraknya sudah dekat, jadi ia bisa segera sampai di tempat tujuan dan menyahuti suara yang tak bertuan itu lagi.

Kalau di luar bisa-bisa ia dianggap gila karena bicara sendiri.

“Darimana kau tahu aku suka lagu itu?” tanyanya sambil menyimpan kunci mobil lalu melepaskan jaketnya.

Dulu waktu pertama kali aku memperdengarkan lagu ini padamu, kau jadi selalu memutarnya di dalam mobil. Sejenak aku sampai muak, tahu!”

“Hmm—"

Kau masih mengingatnya, kan?”

Kyungsoo mengerjap, ia merasa baru saja bergidik karena sesuatu menyentuhnya. Atau mungkin lebih tepatnya ada sesuatu yang mengusap rambutnya dan membuatnya mendongak ke langit-langit kamar.

Tidak ada apapun di sana.

Kyungsoo …”

Kyungsoo menghela napasnya kasar, ia mulai tak tahan dengan suara itu. Seakan terus terngiang di kepalanya tanpa alasan yang jelas. Kemarin saja ketika ia di taman, suara itu terus mengoceh soal hal yang tidak masuk akal.

Masa katanya dia harus bangun dan meninggalkan dunianya sekarang? Bukankah harusnya suara itu yang pergi dari kehidupannya?

“Kau ini bisa tidak menunjukkan diri—"

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang