Paper Wall - Dua Puluh Dua

524 126 25
                                    

“Tapi biar bagaimanapun kalian baru kenal, kan?” Mia menganguk saat Seulgi bertanya serius padanya. Kebetulan Seulgi sedang libur kerja, jadi dia main ke rumah gadis itu. Sedangkan Mia sendiri baru saja menceritakan acara kencan kemarin padanya.

“Lalu?”

“Kau bilang Kyungsoo oppa mirip dengan Shownu oppa. Masa iya dia berani menciummu?” tanya Seulgi geram sendiri. Bukan tanpa alasan, dia benar-benar heran setengah mati kenapa pasangan baru lahir ini bisa membuat kenangan bahkan skinship lebih cepat.

“Bagus dong, berarti dia normal.” Seulgi memutar bola matanya bosan lalu kembali tiduran di kasur Mia yang sibuk mengetik, biasa, update cerita untuk nanti malam. “Omong-omong, bagaimana Jooheon?”

“Apanya yang bagaimana?” tanya Seulgi aneh. Mia menyadari ada yang tak beres di sini, jadi ia segera menghubungi Jooheon dan menanyakan rencananya. Bukankah mantannya itu ingin mendekati Kang Seulgi? Lantas kenapa dia belum menunjukkan ketertarikannya? Nanti kalau keburu jadian dengan pria lain kan bahaya, pikirnya.

Tapi belum lama pesannya terkirim, ia bisa mendengar samar-samar suara Shownu yang bertanya pada seseorang di depan kamarnya. Kaki Mia tergerak untuk membuka pintu dan ia menemukan Jooheon yang entah sejak kapan berdiri di sana.

“Sedang apa kau di situ?” tanya Mia heran. Bukannya menjawab, lelaki itu langsung berlalu tanpa berbalik dengan wajah yang ditekuk. “Jooheon-a! Yak Robot-nim, kenapa dia?”

Shownu mengedikkan bahunya sambil bersiap pergi. Meninggalkan Mia dengan pertanyaan-pertanyaan yang mulai berdatangan. Kepekaannya diuji kali ini.

“Mungkin dia mendengar cerita kita,” celetuk Seulgi bangkit. “apa dia cemburu?”

“Mana ada? Dia justru ingin mendekatimu.” Seulgi langsung melemparkan bantal karena ucapan Mia yang frontal. Segera ia mengibaskan tangannya ke wajah, salah tingkah. Tapi bukannya ingin menggoda, Mia justru kembali melihat ke lorong di mana Jooheon baru saja meninggalkannya.













***

Mia tertarik paksa, ia berjalan sambil terus meringis dan berteriak sebisanya untuk meminta tolong. “Lepaskan aku!”

“Diam!” bentak lelaki yang menariknya dengan keras. Ia sangat yakin Mia takkan bisa berontak lebih, soalnya semua tubuhnya saja memprihatinkan. Lelaki bernama Jackson itu merasa bangga dan beruntung karena sebelumnya sudah memukuli Mia sampai kondisinya melemah.

Tapi sayangnya gadis ini cerdik, Mia menggigit tangan Jackson sampai terlepas. Ia segera berlari dari jalanan sepi ini dengan sisa tenaga yang ada. Namun Jackson bukanlah lelaki sembarangan, ia segera menarik Mia lagi dan menamparnya keras.

“Lepaskan aku! Tolong— argh sakit!” pekik Mia menahan laju jalannya.

“Berisik!”

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang