Paper Wall - Tiga

791 160 16
                                    

“Jadi kau mau menggarap film baru dengan bantuanku?” tanya Chanyeol setelah mendengarkan niat Kyungsoo beberapa detik yang lalu selesai diutarakan. Kyungsoo mengangguk sambil menyandarkan kepalanya di sofa. “Sungguh? Ada angin apa datang ke rumahku hanya untuk membicarakan ini?”

“Sebenarnya aku malas di rumah.”

Chanyeol menjentikkan jarinya lalu meminum soda yang sempat Seulgi beli. Ia berujar pelan, “Kau baru saja memimpikan Ji Hyun lagi, ya?”

Kyungsoo hanya menatap Chanyeol, lalu memejamkan mata dan menghela napas. Nama perempuan yang Chanyeol sebutkan tadi adalah kekasihnya yang sudah meninggal hampir dua tahun lamanya. Sebenarnya itu salah satu alasan kenapa keluarga besar Kyungsoo terus mendesaknya untuk segera mencari pendamping, karena mereka tak mau membuat lelaki itu terus bersedih. Makanya Kyungsoo malas ada di rumah.

Bukan tanpa alasan kenapa Kyungsoo bisa terus merasa Ji Hyun ada di sampingnya, itu semua karena bakat Lucid Dream yang ada pada dirinya. Lucid Dream adalah kemampuan mengendalikan mimpi, Kyungsoo bisa melakukan itu sejak ia baru saja menginjakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Pada awalnya ia sedikit-banyak merasa bangga karena bisa mengendalikan mimpi tak seperti kebanyakan orang. Tapi justru kebanggan itu berbuah pada sesuatu yang begitu memprihatinkan. Sejak kekasihnya meninggal, Kyungsoo selalu dengan sengaja mengendalikan mimpinya agar bisa bertemu dengan Ji Hyun dan menghabiskan waktu bersama di dunia yang tidak nyata.

Setiap pagi, keluarganya bergantian akan membangunkan Kyungsoo supaya lelaki itu tidak larut dalam dunianya. Terkadang Kyungsoo merasa kesal, tapi ia pun merasa kasihan pada dirinya sendiri. Namun begitu, ia tidak bisa apa-apa. Kebiasaan memimpikan Ji Hyun sukar untuk dihilangkan.

“Bagaimana ya, Kyung? Aku sebenarnya sudah lelah mengatakan ini,” ujar Chanyeol sambil merentangkan kedua tangannya di sandaran sofa. “beribu kali aku bilang … STOP! Berhenti memimpikan Ji Hyun, demi kebaikanmu sendiri.”

Chanyeol adalah salah satu orang yang mengetahui kemampuan Kyungsoo. Selain karena mereka berteman dekat di dunia pekerjaan, dulu mereka mengenyam ilmu di bangku kuliah bersama. Kyungsoo menggeleng tak berarti, dia menegapkan duduk dan meneguk soda miliknya. Chanyeol menghela napas, ia tahu obrolan itu akan berakhir sia-sia.

“Abaikan obrolan barusan, omong-omong aku mau mengenalkanmu dengan seseorang.” Chanyeol mengirimkan nomor ponsel seseorang ke Kyungsoo sambil menjelaskan kalau orang itu temannya yang sama-sama bergelung dalam dunia musik. Barangkali Kyungsoo berminat untuk kenalan dengannya.




***

Besoknya, tanggal merah.

Pagi-pagi sekali Mia melarikan diri ke rumah Jooheon yang letaknya hanya dibatasi 3 rumah tetangga. Ia menyusup ke balik selimut kasur temannya yang sudah sangat rapi, mengabaikan Jooheon yang mengoceh panjang lebar.

“Joo, please. Semalam aku pub FF baru dan kemarin sengaja double update. Aku masih mengantuk, pembacaku garang semua untuk memberi respons. Jadi biarkan aku tidur, oke?”

“Aku tidak mau tahu, pokoknya saat aku pulang lagi … kasurnya harus sudah rapi!” Mia tak menyahut, ia sudah tentram dalam tidurnya dengan waktu yang singkat. “Ugh menggemaskan sekali sih, jadi ingin meleparnya ke kandang singa.”

Jooheon merapikan rambutnya kala ibunya memanggil untuk segera bersiap. Ia menyempatkan diri mengusap rambut Mia dan menemui orang tuanya. Hari ini, ia bersiap untuk beribadah. Acara rutin keluarganya yang taat pada agama.

“Eh? Ada tamu?” Jooheon terkesiap saat melihat Kyungsoo menunggunya di depan pagar sambil tersenyum tipis. “Yang kemarin dikenalkan Chanyeol hyung, ya? Aduh, saya sekarang mau ibadah dulu. Tidak lama, kok! Kalau menunggu dulu di dalam, kau keberatan?”

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang