Paper Wall - Enam Puluh Empat

420 112 63
                                    

Para orang dewasa masuk ke dalam kamar Kyungsoo dan mengelilingi kasurnya sambil menunggu dokter datang. Bergantian mereka memeriksa keadaannya yang sedang mengerjapkan mata, menerima cahaya lampu yang Chanyeol nyalakan. Lelaki jangkung ini menyingkir sambil menarik dua tamu lainnya yang baru datang untuk mundur beberapa langkah.

Di antara sibuknya para saudara, pandangan Kyungsoo beralih ke sisi kanan, mengabaikan panggilan In Sung dan Lay yang bergantian menanyakan keadaannya. Matanya sedikit melebar karena terkejut, segera ia bergerak walau In Sung memperingatinya untuk diam. Seluruh tubuhnya pegal bukan main, ia meringis karena lemas walau untuk menjangkau posisi duduk.

Matanya terkunci, menatap Jihyun yang baru saja melepas genggamannya.

“Jihyun …” panggilnya lirih dan serak karena tenggorokan yang amat sangat kering. Jihyun mendekat dan duduk di samping Kyungsoo dengan tatapan bingung, lantas lelaki itu memeluknya seerat yang ia bisa. “… maafkan aku, Jihyun.”

Setelah mengatakan tujuannya tertidur pada Jihyun versi mimpi, sekarang ia memeluk Jihyun karena merasa bersalah. Tidurnya langsung hancur sebelum ia mengatakan kata maaf. Biar bagaimanapun juga Jihyun pasti tersakiti. 

“Maafkan aku …” bisiknya yang tak disahuti oleh Jihyun.

Matanya menatap Louis dan Chanyeol bergantian, beberapa menit sebelum Kyungsoo bangun, dia duduk dan menggenggam tangan lelaki tersebut sambil kembali mengajaknya mengobrol seperti yang Mia lakukan tanpa mengganggu sang empu yang tertidur.

Sesekali ia menyanyi karena Chanyeol bingung memetik gitar sendirian.

“Bekerja …” bisik Chanyeol menutup mulutnya dengan tangan. “… Kyungsoo akhirnya bangun juga.”

Ketika semua mata hanya tertuju pada keduanya sambil mencerna apa yang sebenarnya terjadi, tidak ada satupun yang sadar bahwa Mia sudah bangun dari tidurnya. Meraba-raba pipinya yang sangat basah karena air mata. Pikirannya berkecamuk, namun yang lebih membuatnya terkejut adalah fakta bahwa Kyungsoo bangun sekarang.

Dia terduduk di sampingnya.

Ini bukan hanya kebetulan. Waktu itu pun … aku memang benar-benar bertemu dengannya di dalam mimpi,’ batinnya berujar tak percaya. ‘tapi bagaimana caranya? Kenapa bisa?’

Namun daripada memikirkan itu semua, kini matanya tertuju ke arah Kyungsoo yang duduk membelakanginya. Mendapati pemandangan yang begitu menyakiti hati, segera ia bangun dan bergegas pergi dari kamar.

Ah, kenapa dia harus bertanya caranya? Jelas-jelas Jihyun di sana sudah menjadi jawaban, bukan?

Jadi selama ini yang kau lakukan apa saja, Mia? Buang-buang waktu dan menyakiti hatimu sendiri?

“Tunggu!” cegah seseorang menahan tangannya di ambang pintu. Louis menatap khawatir ke arah Mia yang mulai terisak pelan. “Jangan pergi, Mia. Kyungsoo baru saja bangun karenamu.”

“Karenaku? Kau keliru. Pasti Jihyun yang melakukannya. Itulah kenapa dia ada di sini, kan?” tanya Mia melepaskan tangan Louis sambil membuka pintu kamar. 

“Lalu kenapa harus pergi sekarang?” tanya Louis serius.

You’re asking me because you think I know?” tanya Mia kembali menangis. “Kau tahu aku lelah karena semua yang aku lakukan pada akhirnya sia-sia. Di depan mataku sendiri aku menyaksikan dia bangun karena orang lain. That's why ...

"Lalu kenapa? Kau tidak terima?" Mia tak menjawab, Louis benar-benar keterlaluan menyudutkannya.

Ia berlari sambil memegang dadanya yang mulai terasa sesak dan perih. Mulutnya terus bergumam rasa syukur karena ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Kyungsoo benar-benar bangun dari tidurnya.

Walau ia juga menyaksikan sendiri apa yang pertama kali dilakukan lelaki itu setelah bangun. Hal tersebut membuatnya menarik kesimpulan bahwa Jihyun adalah penyelamatnya.



Mia rela.

Mia ingin pergi karena kemauannya.

Mia yakin akan pilihan tersebut.

Sebelum atau sesudah Kyungsoo bangun dari tidur panjangnya.

Tapi …

… kenapa sesakit itu untuk dilakukan?

Kenapa sesakit itu melihat mereka berpelukkan?

Kenapa …?





Kenapa sampai sekarang pun hatinya tetap remuk mendapati kenyataan bahwa Mia tak lebih baik dari Jihyun?





























A/N :

Oke, guys. Mari Mimu jelaskan beberapa hal.

Jadi intinya Kyungsoo sekarang baru sadar kalau niat dia pergi tidur panjang bukanlah untuk bersenang-senang dan kabur dari masalah apalagi ketemu Nam Jihyun si kekasih hatinya, ciat. Like; dia ketemu Jihyun di dunia nyata, putus dari Mia, soal ibunya yang menyebalkan, dll.
Tapi dia ingin menegaskan pada Jihyun versi dalam mimpi untuk menjauhinya. Untuk berhenti mengusik dunia mimpinya dan menghilang saja kalau perlu. Berharap dengan melakukan hal itu, ia juga siap mengusir Jihyun dalam dunia nyata.

Namun karena punya tekanan sebelum tidur, hal ini menyebabkan dia lupa niat awalnya.

Sayang sekali di sini Mia tak tahu apa niat Kyungsoo tersebut, jadinya dia salah paham. Apalagi setelah melihat Kyungsoo bangun-bangun langsung peluk Jihyun. Padahal ‘kan dia cuman mau minta maaf, bukan mau kembali berhubungan dengan sang empu.

Di mimpi dia bilangnya cinta sama Mia, kan? INI UDAH JELAS BANGET.

Dan voila! Mia ngerasa enggak berguna selama ini. Pada akhirnya Kyungsoo bangun karena Jihyun, bukan karena dia. Jelas Mia kecewa dan sadar bahwa Jihyun tetap lebih baik daripada dirinya. Gitu. Makanya dia pergi karena ...

... capek hati.






Nah. Kayaknya segini dulu karena takut spoiler chapter selanjutnya wkwkwk.
Ada yang belum mengerti? Silakan tanyakan saja!

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang