Paper Wall - Lima Puluh Tiga

412 92 79
                                    

Ponsel Mia berdering nyaring, lagu Blackpink - Kill This Love menjadi pemecah suasana antara dia dan Louis yang masih belum memberikan konfirmasi atas panggilannya. Mia mengangkat telpon Chanyeol yang sedang menanyakan keberadaannya.

“Aku di jalan, hyung. Sebentar lagi sampai.” Louis menurunkan tatapannya ke tanah, pikirannya berargumen antara satu dan yang lain. Antara pilihan benar dengan yang salah. Antara kebaikan semua orang dan keegoisannya.

Mia berbalik dan melanjutkan langkahnya tanpa melihat lelaki tersebut.

“Aku akan kembali lagi besok. Terima kasih sudah mengantarku, In Guk-ssi.”
















***

Chanyeol menunjukkan raut tak enak ketika Mia beberapa kali menghela napasnya di sela-sela ia mengatur senar gitar. Dugaannya berkata Mia sedang lelah atau punya pikiran yang membuat dia bisa terlihat murung seperti sekarang.

Sebenarnya ingin menawarkan diri untuk menjadi pendengar, tapi ia yakin Mia takkan menceritakannya. Mendengar cerita dari teman-teman barunya seperti Baekhyun, Shownu atau Jooheon, ia bisa menebak bahwa Mia tipe orang yang menyimpan masalahnya sendiri. Jarang terbuka.

“Kau sudah siap?” tanya Chanyeol menyenggol Mia yang mengangguk sambil tersenyum seadanya. “Kuharap dengan petikan gitarku ini … aku bisa membantumu …”

“…”

“… bisa membantunya juga supaya cepat bangun.”

“Terima kasih, hyung. Maaf menyita waktu istirahatmu untukku,” kata Mia tak enak hati. Chanyeol terkekeh dan menggeleng, rasanya tak perlu Mia bersikap begini. Toh Chanyeol dengan sukarela mengulurkan tangannya demi membantu Kyungsoo supaya cepat bangun. Kyungsoo ‘kan temannya juga.

Ini sudah hampir sebulan lebih Kyungsoo tak sadarkan diri, lebih menikmati kehidupannya di dunia mimpi. Chanyeol prihatin karena mereka teman yang cukup dekat, jadi ia pun berharap seperti yang lain agar lelaki itu segera bangun dan sadar bahwa tindakannya sekarang adalah salah.

“Menurutmu … kenapa Kyungsoo bisa tertidur begitu?” tanya Chanyeol sebelum memulai latihan. Ia penasaran dugaan Mia atas tindakan mantan kekasihnya itu. Walau ragu, mulut Chanyeol tetap tak bisa menahan rasa ingin tahunya.

Mata Mia menerawang ke langit yang sudah gelap, tidak banyak bintang seperti ketika ia di pantai Jeju. Rasanya kala itu indah sekali, walau suasananya menyedihkan dan Mia malah menangis di pantai, tapi bintang-bintang itu memberinya ketenangan.

Karena keinginannya yang besar,” jawab Mia pelan, suaranya hampir kalah saing dengan angin malam. “keinginannya untuk bertemu Jihyun. Keinginan yang timbul saat hatinya dalam kondisi yang tidak begitu baik. Saat itu kami baru memutuskan hubungan, berita dan sosok Jihyun juga membuatnya terkejut sampai pikirannya kalut. Setelah keputusannya bulat untuk tertidur dan sampai di sana (di alam mimpi), Kyungsoo tak bisa membedakan di mana dia seharusnya tinggal.”

“…?”

Hyung tahu bagaimana pengaruh Nam Jihyun baginya, kan? Sangat kuat sampai keinginannya pun setara dengan pengaruh perempuan tersebut baginya. Hal itu membuatnya tak bisa bangun sampai sekarang.”

“Lalu kenapa Jihyun?”

“Kyungsoo tak datang ke rumah Boksil setelah aku memberinya alamat rumah, dia tak menemuinya setelah aku melepas perasaanku malam itu. Sama seperti halnya dulu ketika aku kebanyakan tidur untuk melatih diri apa yang bisa aku lakukan di dunia nyata tanpa kesalahan, kurasa dia melakukannya juga sebelum bertemu Boksil.”

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang