9. Kala itu

7.4K 558 100
                                        

Panjang neh panjang

Maaf mengotori book fluffy ini dengan lemon.

🔞🔞🔞



"Mas, udah malem, istirahat dulu."

"Nanggung dek,"

Rian menghela nafas kesal. Jam sudah menunjukkan pukul 11 dan Fajar masih belum menunjukkan tanda-tanda mau tertidur.

"Mas, aku tuh ngantuk, udah tidur dulu. Percuma kamu begadang kalau besok ga bisa bimbingan," Rian menarik paksa tangan Fajar.

Melihat Fajar masih belum mau bergerak, Rian menghentakkan kakinya kesal.

"Aku pulang nih! Ngapain disini kalau dianggurin?!"

"Eh jangan-jangan!" Fajar menarik tangan Rian hingga terduduk lagi. "Iya Mas tidur, bentar Mas save dulu." Setelah mematikan laptopnya, Fajar menarik Rian ke ranjang. Tidak lupa memeluk Rian erat.

Tidak butuh waktu lama untuk Fajar terlelap. Rian mendengus. "Bilangnya ga ngantuk, ketemu bantal langsung merem."

*****

Fajar pulang dengan lunglai hari ini. Tubuhnya lelah, pikirannya pun sama. Menunggu berjam-jam hanya untuk melihat hasil jerih payahnya di buang?

Ia membuka pintu apartemennya, ketika melihat lampu tidak menyala, Fajar segera menutup dan menuju apartemen di sebrangnya.

Tanpa membunyikan bel, laki-laki kelahiran Majalaya itu langsung membuka pintu. Hidungnya langsung mencium bau masakan.

Kakinya melangkah menuju dapur, menemukan kekasihnya yang sedang berkutat dengan kompor. Tanpa aba-aba, Fajar memeluk tubuh kecil kekasihnya.

Rian, kekasih Fajar kaget. Ia mematikan kompornya dan berbalik.

"Mas udah pulang? Kok ga salam?"

Bukannya menjawab, Fajar malah menyembunyikan wajahnya di leher Rian, memeluknya erat.

"Mas? Kekencengan, aku ga bisa nafas," Fajar hanya melonggarkan pelukannya sedikit tanpa berniat melepas. Rian membiarkannya. Ia tahu kekasihnya sedang ada masalah.

Setelah di rasa cukup, Fajar melepas pelukannya dan berjalan menuju kulkas, mengambil air dingin lalu menghabiskannya dengan sekali teguk.

"Mau makan Mas?"

Fajar menggeleng. Ia menuju sofa dan menjatuhkan dirinya disana. Matanya terpejam.

Rian menghela nafas. Pasti seperti ini. Fajar selalu diam kalau dirinya ada masalah. Ia memilih melanjutkan acara masaknya sambil membiarkan Fajar istirahat. Setelah selesai, Rian menghampiri Fajar yang masih dalam posisi yang sama.

"Mas? Mandi dulu," Sadar ada Rian di sebelahnya, Fajar menggeser tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di bahu Rian. Tangannya menggenggam tangan Rian.

"Kenapa Mas? Ditolak lagi?" Rian merasakan anggukan di bahunya. "Namanya juga lagi skripsi Mas, sabar aja, dijalanin dulu, nanti kan kedepannya enak."

Alfian's FamilieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang