Sarapannya tayang-tayang aku~
Sekolah.
Anthony 6 tahun.
"Ayah ayo! Onik mau sekolah!"
Fajar tertawa. "Iya Sayang, bentar dulu."
"Ayo! Ayah lama!" Anthony mulai cemberut.
"Udah Mas, sana buruan berangkat. Nanti anakmu makin ngamuk."
"Haduh, Onik ini kenapa mengambil waktu ngopi pagi Ayah sih," Fajar buru-buru menghabiskan kopinya. "Salim dulu sama Bunda, A'."
"Bunda, Onik mau sekolah dulu ya." Senyum Onik lucu.
Rian berjongkok, menyamakan tingginya dengan Anthony. Tangannya merapikan seragam merah putih yang dikenakan putranya. "Wah anak Bunda udah besar. Semangat sekolahnya ya, maaf Bunda ga bisa antar Onik."
"Ndapapa, Bunda sama Ejak aja. Kan Adek lagi sakit. Dadah Bunda!"
Rian melambaikan tangannya. Mengantar mobil Fajar keluar gerbang. Kemudian kembali ke kamar dimana Reza masih tertidur.
"Ndaa~"
"Eh anak Bunda udah bangun, mam yuk,"
"Aa' mana?"
"Aa' kan udah mulai sekolah, nanti siang pulangnya."
Reza cemberut. "Adek ditinggal Aa'!"
Rian tertawa. "Duh Adek. Ga gitu. Aa' kan sekolah, bukan main."
"Hueee mau Aa'!"
"Eh ga boleh, Aa' harus sekolah ga boleh bolos. Adek sama Bunda aja ya."
"Nda mau!"
"Ejak gaboleh gitu ah, Bunda marah nih!"
Reza menatap Rian dengan mata berkaca. "Hiks Bunda malah cama Ejak?"
"Engga engga, makanya Adek jangan bandel, nanti siang Aa' pulang kok. Kan main sama Aa' nya bisa nanti sore."
"Yaudah, Nda gendong,"
"Gitu dong. Anak Bunda kan pinter. Sekarang makan dulu, abis itu minum obat, baru mandi."
"Nda mau, pait."
"Kan biar sembuh, kalo ga minum obat nanti ga sembuh-sembuh, ga bisa main sama Aa' lho,"
"Kalo Ejak mam obat nanti bica main cama Aa'?"
Rian mengangguk. "Yaudah Ejak mau mam obat. Tapi nanti ciang minta Ayah beli kue coklat."
"Iya, nanti Bunda bilang Ayah."
*****
"Aa'! Ejak tangen!"
Anthony yang baru masuk rumah langsung ditubruk Reza dan dipeluknya erat.
"Adek, Aa' mau copot sepatu dulu."
"Tangen Aa',"