"Siapa itu?"
Rian tersentak saat mendengar suara dingin sang kekasih di belakangnya. Ia menoleh dengan takut, mendapati Fajar yang menatapnya tajam.
"Mas-"
"Siapa?"
"Anu- temen,"
"Temen? Temen apa yang pegang-pegang?"
"Mas, cuma bercanda. Dia ga sengaja,"
"Bercanda atau enggak, Mas ga suka." Tatapan Fajar masih dingin. Membuat Rian menciut.
"Mas~"
Fajar masih diam.
"Jangan marah-" Rengek Rian.
"Masih bisa kamu merengek begini?"
"Ya abis Mas nya marah,"
"Karena siapa aku marah gini?"
"Ian, tapi kan-"
"Gaada tapi-tapian!" Bentak Fajar.
Rian makin ciut. Ia menundukkan kepalanya takut.
"Rian lihat Mas,"
Rian menggeleng. "Rian!"
Rian mengangkat wajahnya pelan, air mata mulai menggenang. "Mas jangan marah, Ian takut-"
"Itu kesalahanmu, kenapa kamu biarin dia pegang-pegang kamu?"
"Kan cuma tangan-"
"Yang aku lihat bukan hanya tangan, tapi kepala, bahu, bahkan pipi kamu juga dia sentuh. Lalu aku ga boleh marah? Kenapa juga ga kamu tepis? Malah ketawa-tawa? Senang ya?"
"Dia cuma temen kok-" Kalimat Rian terputus saat Fajar mendorongnya ke tembok dengan kasar.
Pekikan lirih terdengar di telinga Fajar. Tapi diabaikan. Ia menumpukan tubuhnya di tembok dengan tangan di sisi kanan kiri kepala Rian.
"Teman atau siapa pun itu, gaada yang boleh megang-megang kamu. Tangan kamu, kepala kamu, bahu kamu, bahkan pipi kamu, bahkan semua yang ada di diri kamu itu cuma aku yang boleh megang. Cuma aku. Paham?"
Rian mengangguk. Mulutnya kelu melihat Fajar marah.
"Jawab Rian, paham?"
"P-paham," Cicit Rian.
Fajar langsung menyerang bibir Rian. Melumatnya atas bawah dengan kasar. Beruntung lorong kampus sedang sepi.
"M-mas," Rian berusaha mendorong Fajar menjauh. Tapi tenaga Fajar yang sedang emosi menjadi dua kali lipat lebih kuat dari biasanya.
Rian memilih mengimbangi ritme Fajar. Membuka bibirnya saat lidah Fajar memaksa masuk.
Fajar baru melepaskan bibir Rian saat kekasihnya mulai kehabisan nafas. Ia mengusap bibir merah Rian yang membengkak.
Rian mencengkram kemeja Fajar. Tubuhnya mendadak lemas mendapat serangan tiba-tiba.
"Jangan dekat-dekat dengan laki-laki lain. Mas gasuka."
"Mas juga gaboleh," Lirih Rian.
"Iya." Fajar memeluk Rian. Tangannya mengusap punggung Rian pelan. "Sakit?"
Rian mengangguk. Punggungnya memang lumayan nyeri akibat dorongan Fajar tadi.
"Udah gaada kelas lagi kan?" Rian menggangguk lagi. "Ayo pulang. Mas obati nanti. Sekalian McFlurry mau?"
"Mau!" Rian tersenyum lebar, merangkul lengan Fajar erat dan membiarkan sang kekasih menuntunnya ke mobil.
For: kalian yang minta versi Fajar.
Pendek aja ya buat temen nunggu adzan maghrib.
Btw kemarin maaf ga jadi double, aku ketiduran heheh ✌
