58. Mati Lampu

3.2K 404 59
                                    

Anthony 5 tahun. Reza 2 tahun.

Asli pendek banget.






"Bunda- hiks,"

"Cup cup, udah jangan nangis lagi, kan udah ada Bunda disini," Ujar Rian sambil menepuk-nepuk punggung Anthony.

Anthony terisak kecil. "Takut-"

"Udah gapapa, kan udah sama Bunda-"

Suara petir terdengar lagi. Membuat Anthony terlonjak kaget di pelukan Rian.

"Sst gapapa gapapa,"

Mereka lalu menoleh saat Fajar membuka pintu kamar. "Loh Aa' kebangun?"

"Takut-" Lirih Anthony.

"Takut apa? Takut hujan?"

Anthony mengangguk. Membuat Fajar tertawa kecil. "Aa' kan udah gede, masa sama hujan aja takut. Liat tuh Adek aja masih bobo. Aa' bobo lagi ya?"

"Peluk?"

"Iya Ayah peluk sampai Aa' bobo lagi,"

Anthony langsung pindah ke sebelah Fajar. Memeluk Ayahnya erat dan kembali tidur.

*****

"Deres banget sih hujannya," Keluh Rian. Matanya terus memandang jendela yang basah oleh titik-titik air.

"Dek,"

"Hm?" Rian menoleh. Melihat Fajar yang turun dari tempat tidur.

"Onik udah tidur lagi nih, jadi mau nonton film ga?"

Rian mengangguk. Lalu keluar kamar mengikuti Fajar.

Film yang mereka tonton sudah berjalan setengahnya ketika suara petir terdengar dua kali diikuti listrik yang padam. Kemudian 2 suara teriakan dari lantai atas mengikutinya.

"BUNDA!"

Tangan Rian langsung mengambil HPnya di atas meja, menyalakan senter sambil berlari ke atas dan buru-buru membuka pintu kamarnya. Terlihat kedua putranya yang sudah menangis.

"Bunda!"

"Sst iya ini Bunda, udah gapapa gapapa, Bunda udah disini," Tangannya memeluk Anthony dan Reza bersamaan.

Mereka masih menangis. Tangan kecil mereka mencengkram baju Rian erat.

"Nda-"

Rian baru ingin menjawab saat Fajar masuk kamar dengan lilin di tangannya. Saat menyadari Ayahnya hadir, Reza langsung ribut.

"Ayah!"

"Apa sayang?" Fajar menggendong Reza. Mengusap pipinya yang basah. "Takut ya?"

Reza mengangguk. "Cualanya kenceng, tlus geyap-"

"Kan udah sama Ayah, masih takut?"

"Ndak!" Tawa Reza.

Fajar menatap Anthony di pelukan Rian, "Aa' masih takut?"

"Hu'um,"

"Mau digendong Ayah?"

Anthony menggeleng, "Mau Bunda,"

Reza menatap lilin yang menyala. Apinya yang bergerak-gerak membuat Reza takjub.

"Yah! Gelak-gelak!"

Fajar melihat apa yang dimaksud Reza. Ia tertawa, tangannya kemudian bergerak di depan api yang menyala membuat pantulan di dinding.

"Kelen! 'Agi!"

"Duduk sini sama Bunda," Lalu Fajar membuat bentuk burung dan kelinci. Membuat Reza tertawa geli. Anthony yang mendengar tawa Adiknya mengintip, Ia melihat tangan sang Ayah yang bergerak-gerak membuat bentuk lucu.

Tanpa sadar Anthony ikut tertawa. Melupakan ketakutannya atas gelap dan petir.

"Udah makin malam nih, bobo lagi yuk,"

"Susu," Pinta Reza.

"Bunda tinggal dulu bentar ya A', Aa' mau susu juga?"

Anthony mengangguk. Mereka sudah memposisikan diri berbaring saat Rian kembali dengan dua botol susu.

"Ayo bobo, ga usah takut lagi, kan udah sama Bunda sama Ayah disini," Ujar Fajar.

Reza mengeyot susunya sambil merapatkan dirinya pada Fajar. Sedang Anthony menempel di dada Rian.

"Sleep tight, sayangnya Ayah," Ujar Fajar. Ia mengecup pipi kedua putranya, tidak lupa menjatuhkan satu kecupan di bibir Rian sebelum menaikkan selimut dan ikut tertidur.








Udah hujan, mati lampu, Vito kalah, Jorji kalah, tambah AyBun pula. Malmingku suram amat dah 😶

Alfian's FamilieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang