Panjang neh panjang
Jangan bosen ya say~
Marcus menyetir dalam diam. Disebelahnya, Kevin pun tak berani membuka suara. Selepas pertemuan mereka dengan seorang perempuan yang Kevin tidak kenal siapa, Marcus menjadi pendiam.
Hingga mobilnya berhenti di basement apartemen Kevin, Marcus tetap diam.
Kevin terdiam sejenak. Sebelum membuka seatbeltnya dengan gerakan kaku. "Kevin turun dulu,"
Marcus menahan tangan Kevin. "Vin-"
"Iya?"
"Kamu marah?"
Kevin mengeryit. "Kenapa? Kevin harus marah?"
Marcus menatap Kevin bingung. "Harusnya kamu marah,"
"Kevin ga ngerti kenapa Kevin harus marah. Emang Kevin berhak?"
Marcus melepas tangan Kevin. "Dia- bukan siapa-siapa,"
"Lalu?"
"Aku ga paham kenapa kamu ga marah,"
Kevin menatap Marcus lekat. "Kevin juga ga paham kenapa Kevin harus marah. Emang hubungan kita apa?"
Marcus terdiam. Tangannya disandarkan di jendela menopang kepala. "Turunlah,"
Marcus langsung menjalankan mobilnya setelah Kevin turun.
*****
Beberapa hari setelahnya, Marcus menghilang. Tidak menghubungi ataupun muncul di kampus Kevin.
"Masih gaada kabar Vin?" Tanya Ihsan.
Kevin menggeleng. Wajahnya terlihat lesu.
"Samperin aja kekantornya," Ujar Rian.
"Kata sekretarisnya, dia lagi di Bali,"
Ihsan dan Rian terdiam. Tidak tahu harus berkata apa.
.
2 minggu setelahnya, Marcus kembali muncul di kampus Kevin.
"Kokoh?"
"Vin," Wajah Marcus terlihat lelah. Bahkan senyum matahari kesukaan Kevin pun tampak redup.
"Kokoh- kenapa?"
Marcus hanya membukakan pintu mobil untuk Kevin, meminta Kevin masuk.
"Kokoh kemana aja? Kok gak ada kabar?"
"Maaf, kemarin pas di Bali HP Kokoh rusak,"
Mobil Marcus kemudian berhenti. Kevin menatap bangunan didepannya. "Ini dimana Koh?"
"Rumah Kokoh,"
Kevin mengerjap. "M-mau ngapain?"
Marcus tertawa. "Tenang aja, aku ga bakal grepe-grepe," Kemudian langsung turun.
Kevin melotot. Benar-benar Gideon muda ini. Lagian siapa juga yang mau di grepe-grepe sama dia! Sambil menggerutu, Ia lalu mengikuti Marcus masuk.