"Bunda! Kami pulang!" Seru Anthony.
Rian menemukan anak-anaknya yang masuk rumah dengan tentengan kresek ditangannya masing-masing.
"Beli apa kalian?"
"Ini?" Anthony mengangkat kantong kreseknya. "Coklat, Onik dapet dari temen-temen tadi."
"Ejak juga?" Reza mengangguk. "Ejak, ganti baju dulu," Tegur Rian saat melihat Reza malah tiduran dengan berbantal pahanya.
"Bunda," Panggil Onik. "Pacar itu apa sih?"
"Hah? Onik denger dari mana?"
"Tadi temen Onik kasih coklat trus bilang "Onik mau ga jadi pacar aku?" gitu,"
"Siapa yang bilang gitu?"
"Jojo, anaknya Om Mpin," Jawab Anthony polos.
"Pantes, anaknya Gideon toh."
"Onik, kan Onik masih SD nih. Jadi tugasnya Onik itu belajar dulu. Belum boleh pacar-pacaran." Anthony ngangguk-ngangguk.
"Bunda, tapi tadi Ejak bilang suka ke teman Ejak," Celetuk Reza.
"Siapa?!" Jerit Rian tanpa sadar.
"Akbal,"
"Anaknya Om Ihsan?"
"Iya, tadi Akbal kasih Ejak coklat, trus Ejak bilang aja Ejak suka Akbal."
"Trus kata Akbar gimana?"
"Katana Akbal juga suka Ejak."
Rian memijit keningnya. Bingung kenapa anak-anaknya jadi begini. "Ejak, kan Ejak masih kecil juga nih kayak A' Onik, masih TK pula, ngomong aja belom lancar lagi, jadi gausah begitu dulu ya,"
"Begitu apa Nda?" Kerjap Reza polos.
"Intinya belajar dulu, nanti suka-sukaan sama pacar-pacarannya kalo udah gede aja."
"Gede itu kayak Ayah sama Bunda ya?" Tanya Anthony.
"Iya, kalo udah gede kayak Ayah sama Bunda baru boleh suka-sukaan."
"Boleh cium-cium juga Bun?"
Rian membelalak mendengar ucapan anak sulungnya. "Onik tau dari siapa?"
"Onik suka liat Ayah cium-cium Bunda,"
Sungguh, Rian ingin tenggelam aja di kolam renang belakang rumah.
"Iya boleh, tapi nanti kalo udah gede, ga boleh sekarang." Pasrah Rian. "Udah, ganti baju sana, makan siang dulu." Anthony langsung mengajak adeknya ke kamar.
"Ya gusti nu agung, paringono sabar. Duwe cah cilik kok yo nurun bobrok ne bapak e kabeh," Rian hanya bisa mengelus dada sabar melihat kelakuan anak-anaknya.
Double kan sesuai janji.
Aku apdetnya pendek-pendek aja ya tapi diusahain sering kok.