Siapa yang kemarin minta versi story nya mereka, nih kubawain. Baik kan aku hehe
Panjang dan penuh drama, btw. Jangan bosen yaw
Sorry for typo
"San! Ditungguin Mas Aca tuh!"
Ikhsan menoleh, menemukan Ocit yang menghampirinya.
"Dimana?"
"Parkiran. Gue ambil balik ya Pramnya, mau nonton hehe," Cengir Ocit.
Ikhsan mendengus. "Ambil gih, gue balikin!"
Ikhsan masih menatap Ocit dan Pram yang berlalu. Hatinya masih tidak bisa menerima bahwa sahabat masa kecilnya itu sudah memiliki pacar. Ia lalu keluar, menuju mobil yang menunggunya.
"Lama."
"Sorry, balikin buku dulu,"
Tanpa basa-basi, Aca menyalakan mobilnya.
"Aku lapar." Ujar Ikhsan.
"Lalu?"
"Ck! Ajak aku makan kesuatu tempat!"
"Aku sibuk."
Ikhsan menghela nafas. Selalu saja seperti ini. Saat tiba di apartemennya, tanpa mengucap sepatah katapun Ikhsan langsung keluar. Bukannya keluar mengejar, Aca justru menjalankan mobilnya pergi.
Ikhsan menatap nanar pada mobil kekasihnya yang menjauh. Ah- kekasih? Apa mereka bisa disebut sebagai kekasih?
Aca terlalu sibuk bekerja sampai Ikhsan sangsi apakah dirinya masih diingat atau tidak keberadaannya.
*****
"Lagi?" Tanya Pram. "Udah sih putusin aja!"
Ikhsan menggeleng. "Lu tau alesannya apa,"
"Yailah! Cowok banyak! Coba gue belom sama Ocit, gue pacarin lu,"
"15 tahun ini lu ngapain Pramudya!" Batin Ikhsan kesal.
Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka, memeluk lengan Pram dengan erat. "Hai sayang,"
Ocit menyengir. Menampilkan senyum lucu bagi Pram. "Lapar,"
"Mau makan apa?"
"Mau mie ayam,"
"Yaudah yuk. Lo masih mau disini San?"
Ikhsan mengangguk. "Udah sana, iritasi mata gue lihat kalian,"
Ocit terkekeh. "Maaf ya San,"
Mereka kemudian berlalu. Membuat Ikhsan menghela nafas lelah. Ia membereskan buku-bukunya dan berniat meletakkannya kembali di rak. Lalu memilih satu untuk dipinjam pulang.
"Ah-"
Ikhsan menoleh, menemukan laki-kaki tinggi yang tangannya turut terulur pada buku yang sama.