Anthony 18 tahun. Reza 15 tahun.
Viktor Axelsen, 20 tahun.
"Siang Om."
"Siang, siapa ya?" Tanya Rian.
"Viktor, Om. Kakak tingkatnya Anthony. Anthony nya ada Om?"
"Oh ada, masuk dulu, bentar ya."
"Kenapa Vik?"
Viktor menyerahkan sebuah bungkusan pada Anthony, "Oleh-oleh dari Denmark."
Anthony mengintip, ada 3 kotak coklat berukuran besar. "Banyak banget,"
"Kamu kan suka coklat,"
"Tapi ga sebanyak ini juga, kamu mau bikin aku gendut ya?!"
"Emang, biar pipinya makin tembam." Viktor sedikit mencubit pipi Anthony.
"Ish, ga usah pegang-pegang!" Anthony melotot galak. Tapi justru terlihat lucu di mata Viktor.
"Lucu deh kamu. Gapapa, kamu kan punya adik, aku sengaja bawain banyak buat mereka juga."
"Hehe makasih ya, oh iya kamu mau minum apa?"
"Gausah, aku langsung pamit aja. Ada urusan." Viktor bangkit. "Bisa panggilin Bunda kamu? Aku mau pamitan."
"Iya bentar, Bunda! Viktor mau pamit!"
Rian yang terpanggil kembali keluar, menerima uluran tangan Viktor. "Pamit ya Om, maaf kalau ganggu."
"Iya gapapa, hati-hati ya."
Viktor berjalan menuju mobilnya diantar Anthony. "Pulang dulu ya beb, jangan kangen,"
"Viktor!"
"Dah," Viktor masuk mobil. "I love you!" Kemudian langsung pergi.
"Siapa A'?"
"Kakak tingkat Anthony Bun,"
"Naksir kamu ya?"
"Apaan sih Bun?"
"Sama yang ini aja juga gapapa, lebih ganteng dari Jonatan."
"Bunda!" Teriak Anthony kesal.
"Aa' Fani mau coklatnya!"
"Heh itu punya Aa' jangan dimakan dulu! Ejak!" Terlambat. Kotak pertama sudah di buka Reza, bahkan sudah diambil satu.
"Bagi A', dapet coklat mahal kok pelit,"
"Terserah!"
Viktor Axelsen, bucin but classy.
*****
Chou Tien Chen, 19 tahun.
"Makasih ya, maaf ngerepotin."
"Gapapa, santai aja. Kan sekalian lewat."
"Oh, mampir dulu yuk. Kayaknya Bunda udah nyiapin makan malam. Sebagai bentuk terima kasih aku."