Anthony 19 tahun. Reza 16 tahun. Fani 6 tahun.
"Ayah keluar kota beneran Bun?"
"Iya A', kenapa?"
"Masa puasa pertama Ayah ga dirumah sih," Cebik Anthony.
"Manja ah, udah sana bangunin adeknya,"
Anthony kembali tidak lama kemudian dengan Fani di gendongannya dan Reza di belakangnya.
"Fani mau puasa penuh tahun ini?"
"Nanti kalau haus gimana?"
"Ditahan dong Dek, namanya juga puasa," Sahut Reza.
"Kalau Fani niat dan berdoa pasti ga kerasa hausnya. Coba ya? Kan udah besar,"
Fani mengangguk. Lalu matanya berkekeliling. "Ayah mana?"
"Ayah kan keluar kota kemarin sore."
"Mau disuapi Ayah," Rengeknya.
"Makan sendiri dong, katanya udah gede," Ledek Reza.
"Ih Abang nakal!" Tangan Fani memukul tangan Reza.
"Ja, berhenti ganggu adikmu," Sahut Anthony. Merasa dapat pembelaan, Fani menjulurkan lidahnya pada Reza.
"Fani,"
Giliran Fani yang cemberut saat ditegur Aa'nya.
"Udah, makan buruan nanti keburu habis waktunya."
"Bunda suapi,"
"Makan sendiri Fani,"
"Yaudah, tapi ga mau pake sayur. Mau nugget aja," Fani ngambek.
Rian memijat keningnya. Rasanya seperti kembali menghadapi Anthony kecil versi perempuan.
"Sini Aa' suapi, tapi dimakan sayurnya ya?"
"Iya!" Fani langsung berpindah ke sebelah Anthony. Membuka mulut lebar saat Aa' nya mengulurkan satu suap nasi.
Rian kadang heran. Anak sulungnya ini bisa manja padanya atau pada Ayahnya tapi bisa dewasa dihadapan adik-adiknya.
"Aa' kuliah nanti?"
"Libur Bun, kenapa?"
"Temenin Bunda belanja."
"Fani ikut!"
"Iya nanti Bunda belanjanya kalau Fani udah pulang sekolah. Sekarang bobo lagi dulu, abis itu mandi trus sekolah."
"Dianter Aa'?"
"Sama Abang aja ya? Aa' mau kerjain tugas."
"Gamau, Abang nakal." Fani menatap tajam Reza, tapi justru menggemaskan di mata Bunda dan Kakak-kakaknya.
"Biarin, nanti ga Abang kasih yupi lagi."
"Kan lagi puasa. Ga boleh makan yupi. Nanti Fani minta Aa' atau Ayah aja, wlee."
"Aa' mulu kamu tuh, sama Abangnya kapan?" Keluh Reza.