Anthony 7 tahun. Jonatan 6 tahun. Reza 4 tahun. Akbar 2 tahun.
"Onik, adeknya jangan dikejar-kejar, nanti jatuh!"
"Nda Bunda, Ejaknya yang lari terus!"
"Makanya jangan dikejar, nanti dikira dia kamu lagi ngajak main. Diliatin aja."
"Abi, Akbal mau main cepeda ya,"
"Dinaikin Bar, jangan di dorong aja," Sahut Anthony saat melihat Akbar hanya mendorong sepeda roda tiganya kesana kemari.
"Naik sini Bar, trus kakinya kesini," Tangan Jonatan memberi arah pada kaki Akbar.
"Nda nyampe," Jawab Akbar polos.
Anthony dan Jonatan spontan tertawa melihat kepolosan Akbar.
"Aa' ih! Main ayok!" Seru Reza.
"Iya main sini, kamu tuh jangan lari-lari terus!"
"Nda mau ih! Ayok ah,"
"Dimarahi Bunda nanti Jak,"
Reza cemberut. Lalu kabur gatau kemana.
"Ga diikutin Kak?"
"Paling ke ayunan situ," Anthony menunjuk ayunan di pinggir taman.
"Aa' dolong Akbar agi,"
"Kita ke ayunan yuk, mau nda?"
Akbar mengangguk semangat. Menyusul Reza yang ternyata sedang main perosotan.
"Ejak hati-hati!"
Reza tidak mengindahkan peringatan Anthony. Ia masih kesal karena Aa' nya ga mau diajak lari-lari.
Anthony membiarkan Reza bermain perosotan sendiri. Sedang dirinya mendorong ayunan Akbar.
"Kak, Jojo ga didorong juga?" Pinta Jojo.
"Enggak, udah gede,"
Jonatan cemberut, "Tapi kaki Jojo juga belom nyampe,"
"Kaki Akbar lebih ga nyampe lagi Jo, ngalah kenapa sama yang kecil."
Jonatan makin cemberut. Kapan dia diperhatiin sama Kak Ony kesayangannya? Kalo ga Reza, pasti Akbar terus.
Lagi asik cemberut, tiba-tiba Jonatan terbelalak melihat Reza yang jatuh dari perosotan.
"Huaaaa!!!"
"Ejak kenapa?!" Seru Anthony. Dia menurunkan Akbar dari ayunan kemudian menghampiri Reza.
"Cakit A'!"
"Duh kok bisa jatuh sih, kan Aa' udah bilang hati-hati,"
"Kenapa ini? Aa', adeknya kok nangis?" Sahut Rian.
"Anu- itu- Bunda, tadi Aa- sama Akbar- terus Ejak- nangis," Anthony bahkan tidak bisa menjawab dengan benar. Takut disalahin lagi.