6. JUJUR GUE KECEWA

1.2K 71 6
                                    

Yap, tapat!

On time, makasih ya semangat kalian kemarin.

Jadi makin suka ngetik niha🤣🤣🤣

"Kita berangkat sekarang?"

Salsha tertegun saat suara itu tiba-tiba mengganggu otaknya. Salsha mendongak manatap seseorang tadi.

Rio.

"Eh, em. Iya, ayo kita berangkat." Salsha membelakangkan rambutnya yang berantakan agar tidak menutupi wajahnya.

"Mau ke bioskop?" Tawar Rio saat Salsha masih diam saja, tidak berkutit sama sekali.

"Gue ngikut aja lah, bingung juga mau kemana." Salsha tersenyum simpul saat Rio membelai wajahnya.

Dalam hati, Salsha mati-matian tidak memuji sikap manis kakak kelasnya itu.

Kenapa pacar baru beberapa jam nya itu manis banget si, kan jadi susah buat ngelepasnya. Salsha menghela nafas untuk yang ke sekian kalinya.

"Bukannya sering jalan ya, sama Aldi apa Iqbal gitu." Seketika mood Salsha mengecil, ria menjadi sangat kesal.

Pasalnya, sudah dari tadi pagi Aldi sama sekali tidak menegur sapa. Dan, lebih parahnya lagi. Saat Salsha sekedar menyapa dia justru menganggap jika dia hanya hantu yang tidak terlihat.

"Cuma sama Aldi, Iqbal belum." Lampu lalu lintas seketika berubah menjadi merah, dan mau tidak mau Rio harus menghentikan sejenak laju mobilnya.

Dalam hati Rio bersorak senang, waktu mereka semakin banyak.

"Iqbal belum? Kok gue gak percaya ya, gue kira Iqbal playboy gitu. Dia bakal sering ngajak lo jalan, hanting, nonton atau apa gitu." Rio kembali melajukan mobilnya saat lampu diatasnya sudah berubah menjadi hijau.

"Enggak, belum satu kalipun si. Niatnya mau malem ini, tapi gue nya aja yanga adaperlu sama lo sekarang. Setiap malem gue jalan sama Aldi." Tiba-tiba suasana menjadi menghening, jangan ditanya lagi jika keposesifan Aldi hanya Salsha saja yang merasakannya.

"Malem kemaren juga?" Salsha mengangguk menjawab.

"Bukanya akhir-akhir ini lo lagi renggang ya sama dia, dia sering sama anak baru itu. Gue liat juga lo lebih sering sama Iqbal, orang pinter mah bebas. Mau temenan sama siapa."

"Ya gitu, gue juga gak tahu. Gue awal kenal Iqbal juga karna pindah tempat duduk, awalnya juga gue b aja sama dia. Iqbal orangnya baik juga si, care sama gue. Sering bawain bekal buat gue, dia sering bawa bekal dua, satu buat dia satu buat gue. Makanya gue jarang ke kantin." Salsha mengambil handphonenya melihat jam, disana masih menujukan pukul tujuh lebih lima menit.

"Kalo kemaren malem aja lo jalan sama Aldi, kenapa setiap di sekolah lo deketnya sama Iqbal, dan Aldi juga deketnya sama murid baru itu. Kalian breakstret atau gimana?" Tanya Rio lagi yang membuat Salsha benar-benar kesal, ini niat awal mau mutusin tapi kok malah diwawancari si.

"Enggak, gue sama dia cuma sebatas temen. Gak lebih, dan gak akan lebih." Maybe.

"Dah, yuk turun. Udah sampe." Ajak Rio yang baru saja memarkirkan rapi mobilnya, tanpa mereka sangka ada sepasang mata yang mengekori gerak-gerik mereka berdua.

Mereka berdua masuk pada pusat perbelanjaan, dan menuju pada tempat bioskop.

"Lo duduk aja, gue yang beli tiket sama cemilannya." Salsha mengangguk patuh, dia melepaskan tautan tangan Rio yang masih sabar memegangnya tanpa sungkan.

Dalah hati Salsha meruntuki dirinya, kenapa dia merasa sulit untuk mengambil keputusan?

Kenapa sesulit ini melepaskan seseorang.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang