36. KESEMPATAN SEMPIT

480 38 6
                                    


Kau hidup satu kali seumur hidup, apa dengan begitu aku juga boleh berbuat kesalahan paling besar seumur hidupku dalam satu kali kelahiran?




































"Selama ini lo anggep gue apa, pergi gitu aja tanpa pamit? Sialan."

Salsha terus saja mengumpat kasar, dia juga terus mengatakan Damn! Berkali kali, dan siapapun yang mendengarnya tidak akan ada yang menjawab.

Begitu banyak kesepian dirumah, ketiganya hanya fokus urusannya sendiri.

Kakaknya yang fokus pada kuliah dan memegang kantor cabang papanya, momynya yang turut andil.

Salsha benar benar benci sendirian, setidaknya jika di Indonesia dia masih memiliki Bibi pembantu yang bisa membuat hati hatinya menyenangkan.

Menghilangkan suntuk, jalan dengan Aldi, marah marah pada Arga, semuanya.

Hal menyebalkan dan membuatnya kesal saja, berhasil Salsha inginkan waktu yang sama terjadi kembali padanya.

Semua hal ini membuatnya Salsha bosan, dia benar benar menginginkan hal baru.

Suasana yang menyenangkan, keramaian, kehangatan, harmonis dan kasih sayang.

Semuanya terdengar tabu, tapi Salsha sekarang benar benar seperti anak terlantar.

Jika di Indonesia dia benar benar terlantar tapi bahagia, Salsha lebih memilih menetap saja disana.

Di negara kelahirannya benar benar membuat Salsha kekurangan segalanya. Rumah mewah, fasilitas penuh, memiliki black card, semua itu seperti tidak Salsha butuhkan.

Sia sia.

Dan satu lagi, Salsha kembali mendapatkan hal yang membuatnya malas untuk terus bernafas untuk hidup.

Kalista pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal, setidaknya sampai jumpa lagi. Adik sepupunya itu benar benar menyebalkan.

Waktu balas dendamnya juga benar berlalu begitu saja tanpa Salsha inginkan, tuhan adil.

"Kalista bener bener sialan." Umpatnya lagi.

Salsha mengambil tasnya sembarang dan mengambil tiga tumpukan besar buku mata kuliahnya.

Dengan cepat juga Salsha berhenti menggerutu dan mulai keluar dari kamarnya dan memasuki mobil pribadinya.

Salsha pergi menggunakan supir pribadi suruhan mamanya, selama Salsha berkuliah. Bisa jadi seumur hidup, lanjut Salsha yang memutar bola matanya malas.

"Jalan, pak." Salsha menengadahkan kepalanya lelah, baru saja Salsha tidur lima jam dia harus kembali berkuliah dijam pagi.

Negaranya benar benar membuatnya kesal.

Dengan terburu buru lagi Salsha keluar dari mobil dan berlari dengan cepat.

"Sial. Tiga menit lagi masuk." Keluh Salsha berlari tergopoh gopoh.

"Gara gara Kalista ini." Kembali Salsha berbicara, dengan mempercepat larinya Salsha terus berjalan dengan langkah besar.

BRAK

DUK

BRAK

DAK

Bukunya terlempat berbeda arah dengan lumayan jauh, Salsha meringis dan menahan kesal.

Ada apa lagi ini?

Dengan langkah tidak perduli, Salsha kembali memungit semua bukunya dan berjalan tidak perduli pada pria yang berhasil dia tabrak.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang