18. CINTA, DUA HAL YANG BERBEDA

913 66 14
                                    

Jujur gue nulis ini lama banget, gak kaya biasanya.

Berhubung gue gak kaya dirumah lagi, gue bakal nulis membutuhkan waktu bahkan 2 kali lipat dari biasanya.

Biasanya jam 9 rumah gue udah sepi, dan gue nulis dari jam 9 sampe jam 11.

Dan ini? Gue nulis dari jam setengah 12, dan baru selesai sekarang.

Bahkan itu cuma nambahin kata 1k doang, sambil nata alur.

Vote nya dong, biar gue makin fokus😊😚

Tujuan pertama gue bukan jadiin lo pacar gue, lo gue jadiin pendamping sampai sisa umur gue habis, mau?


"Kenapa?"

Iqbal menatap Salsha bingung, pasalnya bukannya memakan makanan yang sudah Iqbal bawa Salsha justru menatap Iqbal yang lahap atas makanannya.

"Kenapa lo gak makan, makanan yang gue makan gak selera dilidah lo?" Respon Salsha masih diam, dia hanya menggelengkan kepalanya dan kembali menatap wajah Iqbal.

"Ada yang salah sama muka gue? Gue ganteng?" Tanya Iqbal dengan terkekeh sendiri, dia membelakangkan anak rambut Salsha yang menghalangi wajah naturalnya.

"Enggak si, cuma aura baik lo lagi keliatan lebih banyak dari biasanya." Jawab Salsha yang mengambil sendok dihadapannya.

"Masakan lo enak." Ucap Iqbal yang mengalihkan pembicaraan, dia kembali mengambil makanananya lalu memasukannya pada mulutnya.

"Kata siapa itu masakan gue?" Ucapan Salsha menghentikan kunyahan Iqbal yang sedang begitu menikmati makanannyapun menaruh sendoknya menatap Salsha curiga.

"Ini bukan masakan lo?" Salsha menggeleng kepalanya, dia memakan makanan dihadapannya dengan pelan.

"Mama yang masak." Mata Iqbal melotot bak siap menakut nakuti tikus yang selalu berlomba lari diatas atap rumahnya.

"Kenapa? Enak banget ya." Ucap Salsha yang hanya mengaduk ngaduk makanan yang sudah Iqbal masak dengan malas.

"Gue tahu selera makanan lo yang kaya mama gue kan? Gue gak sejago mama gue masak." Salsha menatap makanan yang hampir habis didepan wajah Iqbal.

Iqbal mengambil minum yang baru saja ia beli dikantin, dengan gerakan cepat ia meneguk hampir setengah dan menaruhnya untuk nanti siang.

"Masakan lo enak kok, gue hampir gak busa bedain masakan lo sama mama lo. Cuma, masakan lo agak sedikit asin, kalo mama lo cukup." Salsha hanya menganggukan kepalanya dan memakan satu suapan pertama kedalam mulutnya.

"Gak usah murung, masakan lo cocok kok dimulut gue. Gue suka asin dimasakan lo." Iqbal memunculkan senyum manisnya pada wajahnya, kemudian memakan masakannya sendiri.

"Masih dalam tahap belajar, gitu aja gue bersyukur. Cewek jaman sekarang biasanya cuma main handphone, gak banyak juga yang mau terlibat dalam masalah dapur." Iqbal tersenyum hangat dan kembali memakan sisa makanannya dengan lahap.

Bukan masalah makanan buatan siapa, jika itu Salsha yang membawa dan mereka masih saling menukar bekal, itu masih menjadi point penting bagi dirinya sendiri dan kedekatan mereka berdua.

"Lo cantik." Ucap Iqbal dikeheningan aktifitas Salsha yang sedang lahap makan terhenti karna Iqbal dengan tiba tiba mengucapkan perihal kata tersebut.

"Gue tahu gue cantik, tapi thanks pujiannya." Iqbal mengangguk, dia menutup kotak bekal Salsha dan siap siap menaruhkan ditasnya juga.

Salshapun sama, dia baru saja selesai makan dan memasukan kotak bekal Iqbal pada tas miliknya. Mereka akan melakukan hal seperti itu, dengan keesokan harinya Salsha kembali membawa bekal dengan kotak makan Iqbal begitupun sebaliknya.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang