78. DUA KELUARGA BAHAGIA

398 37 9
                                        



Iqbal bukan Aldi dan Aldi bukan Iqbal, Aldi cinta pertama Salsha dan Iqbal cinta terakhir Salsha. Mereka tidak bisa dituliskan dalam satu jalur yang dibalik secara bersamaan. Iqbal bukan cinta pertama Salsha dan sekarang Iqbal adalah suami Salsha, itu adalah satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa diganggu gugat lagi kebenarannya.


Ini final?






















"Ayo berangkat." Ajak Iqbal dengan baju yang sudah sangat rapi, membawa buku miliknya beberapa dan tidak ketinggalan juga dengan laptop yang selalu Iqbal bawa kemanapun.

Sudah Salsha ceritakan bukan? Mau selelah, dan marah apapun Salsha pada Iqbal. Salsha akan selalu kalah dengan pribadi Iqbal yang benar benar tidak mempunyau rasa lelah tanpa membuat tubuhnya lelah dengan pekerjaannya sendiri.

"Kamu gak bisa dengerin aku." Ucao Salsha masih duduk dikursi dapur malas beranjak.

"Aku udah minta kamu jangan terima permintaan Dosen Leo, aku udah gak ijinin kamu ngajar di Kampus aku. Tapi apa ini?"

"Aku merasa ditipu sama suamiku sendiri." Iqbal tertawa lucu, dia meletakan semua yang Iqbal pegang di Meja sebelahnya dengan pelan.

Berjalan mendekat pada Salsha yang masih diam dengan mengkerutkan bibirnya sedikit kesal.

"Udah aku jelasin kemarin sama kamu, Dosen Leo bener bener ada urusan pribadi, dan dia minta secara langsung sama aku. Apa aku perlu telfon Dosen Leo untuk kedua kalinya buat mastiin kamu kalo aku disana jadi Dosen bukan cari perhatian mahasiswi lain?"

"Semua mahasiswi tahu siapa aku sayang, mau sampai seperti apa mereka gak terima status aku sekarang, disana cuma ada kamu dan sampai penuh meluber gak mau diisi sama orang lain." Sambung Iqbal menjelaskan lebih rinci, mengelus puncak kepala Salsha membantunya untuk berdiri.

"Jam delapan lebih lima menit, ayo berangkat." Ajak Iqbal lagi, sekarang Iqbal kembali berjalan menunju buku yang sempat dia tinggalkan begitu saja.

Melihat Salsha masih berdiri tidak bergerak, Iqbal kembali berjalan mendekati Salsha. Mencium lembut bibir Salsha dan mencium jidat Salsha dengan pelan.

"Aku tahu kamu marah soal hal ini, aku janji bakal cari waktu yang lebih pas buat Honeymoon." Ucap Iqbal begitu saja, Iqbal tarik pinggang ramping Slasha untuk lebih menghimpit padanya.

"Maaf ya, aku selalu gak bisa jadi yang terbaik buat kamu. Maaf, belum bisa mewujudkan apa yang kamu mau sebagai suami ideal yang kamu mau." Salsha masih terdiam, dia membeku dan mematung.

Iqbal selalu membuat Salsha serangan jantung, dan sekarang ini Salsha sedang berusaha mengontrolnya dan meresapi hal seperti ini sebagai kebiasaan yang manis untuk seterusnya.

"Aku cuma gak mau kamu kasih janji yang justru buat aku berharap banyak dan berhasil diingkari lagi." Iqbal tersenyum lebar sekarang, mengelus jari yang dilingkari cincin pernikahannya beberapa hari yang lalu.

"Sekarang kamu udah jadi tanggung jawab aku sepenuhnya. Apapun yang kamu mau, ada aku yang harus penuhin apa yang kamu butuhkan. Bilang aja, dan aku akan berusaha keras buat tepatin semua yang kamu mau dengan usaha aku." Salsha mengangguk, melepas tangan Iqbal dan mengambil buku mata kuliah, laptop dan tasnya.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang