38. IQBAL IQBAL

548 38 6
                                    

Ayolah, siapapun akan melakukan hal licik jika apa yang dia inginkan tepat didepan mata, dalam waktu sangat singkat.
































.

Orang dewasa mengatakan padaku, kesulitan hanya datang sesaat.

Salsha terus terngiang ngiang akan satu kalimat yang memberinya pembelelajaran, selalu tertanam dihatinya jika sekarang dia bahagia, akan ada hari besok dan seterusnya untuk bahagia.

Fikirannya berbalik pada saat masa SMP-nya, saat dimana Salsha merasa sangat bahagia. Ada Bastian, ada Aldi, dan Salsha tidak lost contac dengan Kalista sepupunya.

Saat masa SMP adalah saat dimana Salsha merasa hidupnya tidak memiliki beban, Salsha berfikir dia ingin kembali menjadi kecil dan merasakan masa remajanya yang begitu bahagia.

Seseorang saat mengenal cinta akan menjadi gila, semua hal salah menjadi benar, segalanya akan menjadi bahagia seberat apapun masalah yang dialami seseorang.

Jika dalam buku atau sekedar novel semuanya terlihat bahagia, tapi jika halaman terakhir dibalik drama akan berakhir dengan tenang.

Tapi, pada Salsha. Jika perasaan menjadi parah dan halaman bahagianya berbalik Salsha merasakan sakit.

Oh, jadi perasaan aneh ini ada saat Salsha mulai menyadari jika masa depannya benar benar bukan jalan terbaiknya.

Salsha terdiam, dia melihat Jeo. Disebelahnya masih ada teman barunya yang sedang mengerjakan skripsi bab pertamanya setelah menulis kata pengantar.

Salsha begitu banyak belajar dari Jeo, dia hanya pria sederhana yang selalu dihujani tekanan, tuntutan, tapi diwajahnya bukan masalah besar.

Jeo selalu tersenyum, terkadang dia juga tertawa sebentar. Jika Salsha menggambarkan siapa Jeo, Salsha benar benar bersyukur bisa bertemu dengan Jeo yang mampu membuat Salsha merasa jika hidup yang terjadi jalani saja.

Jeo menambahkan jika Salsha merasa setiap harinya berat maka hari berikutnya akan menjadi lebih berat, Salsha menghela nafas. Benar, akan baik jika dilakukan dengan sebaliknya dan dengan rasa bersyukur.

Ternyata sudah semester empat, bukankah waktu berjalan begitu cepat.

"Ah, Jeo." Panggil Salsha yang sedang meminun satu cup kopi latte diatas mejanya.

Keduanya sedang di kantin fakultas, dan keduanya benar benar dalam satu kantin fakultas yangs angat penuh padat dan tenang.

Mereka semua terlihat akan slelau terlambat, mengerjakan tugas dengan makan siang dengan tangan satu yang sibuk dan mulut yang selalu mengunyah.

"Ya." Jeo menjawab dengan singkat, kedua tangannya sedang mengetik begitu banyak kata, mata tajam yang bisa menghangat itu juga masih sangat fokus pada layar laptopnya.

"Kamu serius banget buat deadline skripsinya, pengen cepat cepat lulus dan wisuda tepat waktu tercepat?" Jeo mengangguk setuju, dia kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

"Saya cuma mau memanfaatkan waktu saya sebisa yang saya punya, ada waktu istirahat dan bermain, tapi menurut saya, bermain bukan waktu yang tepat untuk sekarang." Jeo berbicara dengan kedua tangannya yang masih fokus.

"Apa skripsimu sulit?" Salsha kembali membuka suaranya dan memasang satu headsheet pada telinga sebelah kirinya.

"Lumayan, tapi saya harus benar benar membuat skripsi ini langsung diterima walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama menyelesaikannya. Kamu mau tahu apa yang sedang saya inginkan, Salsha?" Jeo berbaik bertanya, Salsha menganggukkan kepalanya setuju.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang