EIXTEURA PAREUT

582 49 15
                                    

Tidak ada yang lebih bahagia dari hari ini, Iqbal sangat bahagia sekarang.













"

Kamu gak usah sekhawatir itu sama Iqbal." Ucap Kak Arta ingin membuat Salsha sedikit tenang.

Sebenarnya, tentang kabar Salsha yang sedang hamil sudah tidak sepanas awalnya.

Iqbal pun sama, setelah mendapat kabar jika Salsha hamil dia benar benar senang luar biasa.

Tangisannya keluar begitu saja tanpa diinginkan, sore harinya. Saat satu minggu yang lalu Iqbal sakit karena tidak enak badan waktu itu adalah hari paling berharga bagi Salsha ataupun Iqbal.

Keduanya sama sama bahagia dan menangis penuh haru, tebakan Kak Arta memang benar. Salsha Hamil.

Dan, membuat Salsha sekarang ini khawatir karena perubahan kesehatan Iqbal yang tidak signifikan.

Semenjak kehamilan Salsha dipublikasikan, Iqbal justru semakin menjadi.

Dia juga sekarang ini sudah sampai Opname karena terlalu banyak mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya.

Mungkin sekitar dua hari yang lalu Iqbal sudah menggunakan Infus ditangannya.

Salsha sangat sedih tentu saja, dan beberapa menit yang lalu. Dia juga terduduk dikursi taman belakang Rumah Sakit untuk sedikit menghilangkan beban meruwet didalam fikirannya.

Ini kabar bahagia memang, tapi sepertinya. Iqbal sedang ngidam, dia sama sekali tidak bisa memakan sesuatu dan mencerna makanan didalam tubuhnya.

Sungguh, sebenernya Salsha juga tidak seingin ini untuk mendapat momongan secepat sekarang. Soal, Iqbal.

Salsha menyayanginya, dan menyayangi calon anaknya juga secara bersamaan.

Dalam kasus ini, Salsha sama sekali tidak merasakan sesuatu yang aneh didalam tubuhnya. Dan benar saja, Iqbal ambruk sampai hampir dua minggu hanya karena Salsha hamil.

Sebenarnya, hal seperti ini sama sekali tidak bisa Salsha fikirkan dengan pikiran nalarnya.

"Doket bilang, ini kasus biasa. Istri kakak sewaktu ngidam juga sama persis, mengalami gagal mencerna makanannya kaya suami kamu."

"Iqbal baik baik aja, percaya sama kakak." Sambung Kak Arta yang meletakan kepala Salsha pada pundaknya.

"Kamu harus belajar dek, gimana menjadi istri yang lebih baik, menjaga suami, dan mulai belajar menjadi orang tua buat anak kamu." Salsha menghela nafasnya sedikit terbebani.

Seperti sangat berat namun ini bukan beban sampai harus Salsha rasakan separah itu.

"Awalnya mungkin gak mudah, kakak juga lagi belajar. Tapi, dengan kamu merasa terbebani dengan hal seperti ini aja kamu merasa lemah. Bagaimana perasaan calon anak kamu kalo secara gak langsung kamu menyalahkan dia yang bahkan belum bisa merasakaan sentuhan ayahnya." Salsha mengigit bibirnya sedikit gugup, mengelus sedikit perutnya yang masih rata dan kembali mengeratkan jaket musim dingin miliknya.

"Aku cuma merasa kasian sama Iqbal, akhir akhir ini dia gak bisa makan semau yang dia pengen. Itu aja, aku gak merasa nyesel dia ada. Aku bersyukur kalo dia datang secepat ini." Jawab Salsha dengan berbicara sangat pelan, Arta mendengarnya. Dia menarik sedikit sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Devin mulai rewel sekarang, gigi susunya mulai tumbuh. Kakak pulang malam ini ya?" Tanya Kak Arta yang tidak dijawab oleh Salsha sama sekali.

Salsha semakin menyandarkan kepalamya sangat menumpu pada kakaknya agar dia tahu apa yang sedang Salsha inginkan.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang