42. AYO BAHAGIA

507 43 8
                                    

Seseorang mengatakan padaku, saat seseorang menyakitimu usahakan jangan kembali padanya untuk kembali disakiti.

.

"Jeo."

Salsha menghela nafasnya lelah karena harus mengejar Jeo yang berjarak sepuluh meter darinya.

"Akhir akhir ini kamu sibuk, saya mencarimu hampir lima hari." Lanjut Salsha yang dibalas tatapan wajah yang mengkerut.

"Ada apa?" Tanya Jeo yang masih memegang erat laptop dan dua buku paket uang tebal.

"Saya mau tanya tentang pengajuan skripsi, cara caranya seperti apa. Saya sudah mulai memikirkannya, akhir akhir ini." Jawab Salsha dengan melihat wajah Jeo yang terdengar serius.

"Mungkin besok atau lusa, saya benar benar sibuk hari ini Sal. Bagaimana? Skripsiku hampir selesai, dan ini benar benar membutuhkan waktu yang sangat lama." Ucap Jeo yang berusaha menolak secara halus.

"Tugas tugas saya hampir semua saya kerjakan setelah selesai merevisi, saya harus menyelesaikam skripsi lebih dulu agar saya tidak terlalu berfikir yang bercabang. Apa tidak papa." Jeo kembali berbicara dengan sangat halus.

Terlihat mimik wajah Salsha terlihat sangat kecewa, tapi Jeo berusaha untuk mencairkan suasana.

"Maaf, tapi untuk hari ini saya tidak bisa. Mata kuliah yang seharusnya untuk besok pagi, dosen meminta untuk dilakukan malam ini. Jadi waktu saya semakim sendikit." Salsha tersenyum, dia berusaha memaklumi.

"Tidak apa apa, mungkin lusa saya akan berusaha menemuimu lagi. Tidak apa kan?" Minta Salsha kembali.

Jeo menjawab dengan anggukan kepala yang mantap, lalu dia tersenyum.

"Tidak papa, sebagai permintaan maaf. Ayo, saya mengajakmu makan dikantin sekarang. Jam mu selesai kan?"

Salsha tersenyum, bukan karena apa. Sikap Jeo benar benar membuatnya nyaman, seperti Iqbal.

Menurut Salsha Jeo seperti duplikat Iqbal yang wajahnya lebih ke Amerika.

Wajah dominan Amerika ini membuat Salsha sangat bersyukur bisa mempunyai teman, ah sebenarnya ralat.

Jeo lebih tua darinya satu tahun, tapi dia meminta Salsha untuk memanggilnya dengan namanya saja

"Salsha, apa kemarin tugasmu mendapat nilai sempurna?" Tanya Jeo yang mendapati Salsha menganggukan kepala.

"Nilai saya hampir A. Kamu tahu kan Jeo, disini mendapat nilai B ples dua saja sangat sulit, tapi aku berhasil mendapatkannya. Itu berkat bantuanmu Jeo, terimakasih." Jeo membalas dengan senyuman tipis.

"Senang bisa membantumu dan membuatmu senang Salsha." Sekarang Salsha yang tersenyum.

"Apa kau tahu? Ada seseorang yang behasil masuk kampus yang saya minati seumuran denganmu, dia mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran."

"Bukankah itu mengerikan." Salsha hampir tersedak mendengarnya.

"Maksudmu, 4.0?" Tanya Salsha yang ikut tertarik dengan pembicaraan itu.

"Iya, saya hampir merinding awalnya, kamu tahu? Dia benar benar menjadi top students, padahal itu baru awal masuk." Salsha menggaruk kepalanya tidak gatal.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang