Menikah itu bukan perkara mudah, tapi menyatukan dua masalah menjadi satu dan melewatinya bersama dengan saling berpegangan tangan. Memiliki hubungan juga harus memiliki komitmen, melebur menjadi satu bukan jalan terbaiknya memang. Tapi, dengan melewatinya berdua meringankan beban buruk keduanya.
"Wah, bukankah kalian berdua sangat cocok dengan baju pernikahan seperti ini? Semua orang pasti mengatakan iri hanya dengan melihat kalian berdua duduk dikursi pernikahan." Iqbal terus tersenyum meresponnya.
"Iya. Iqbal tahu semua orang mengagumi kita berdua, jadi. Bisa percepat acaranya, Iqbal rasa semua rekan bisnis Ayah sama Bunda sudah datang dan bertemu dengan kita semuanya." Kak Katya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Iqbal barusan.
"Apa yang kamu pikirkan, jam sebelas siang bukan acara penutupan pernikahan. Apa menurutmu, menikah hanya SAH saja!" Seru kesal Katya merespon Iqbal yang terus mengoceh ingin menyelesaikan acaranya secara sepihak.
Salsha merespon hal itu dengan terkekeh pelan, dengan pakaian yang sekarang cukup membuatnya risih hanya duduk duduk santai dikursinya.
Dengan memasang wajah sedikit tidak berekspresi Iqbal kembali duduk menemani Salsha.
"Apa kamu lapar?" Salsha menjawab dengan senyuman antara menjawab lelah, lapar dan mengantuk.
Bayangkan saja, Salsha menunggu dirias hampir lima jam. Dan dalam Lima jam, Salsha tidak diperbolehkan memakan apapun.
Lapar memang, lelah juga, dan untuk ukuran terus menggunakan hak tinggi dan bersalaman berjam jam.
Memasang wajah ramah, terus tersenyum dan bahagia. Memang keduanya bahagia, tapi dalam ekspetasi yang berbeda.
Menurut Iqbal, menikah itu mudah. Mengakatakan SAH, perayaan dalam tiga jam dan selesai.
Dan menurut Salsha juga sama persis, menikah, berbahagia, bertemu dengan teman temannya, sedikit bersenang senang, dan selesai.
Bahkah saat dua jam Salsha dirias, dirinya sudah merasa kesal padahal baru saja akan menikah, belum saat menunggu Iqbal datang, mengucapkan janji suci, bertemu, bersanding, terus menyapa tamu undangan, tersenyum, dan sedikit duduk.
Iqbal terus mengeluh seperti saat ini karena melihat Salsha yang sekarang ini sudah mulai lelah karena acaranya.
"Tunggu sampai jam makan siang, aku pastikan kita bisa beristirahat." Ucap Iqbal menenangkan Salsha yang sekarang ini masih terdiam.
"Sudahlah, bukankah ini yang kita mau. Kenapa harus terus mengeluh." Jawab Salsha yang merapikan rambut Iqbal yang sedikit berantakan.
"Ayo rasakan saja kebahagiaannya, aku rasa jika kita tidak merasakan lelahnya saja, kita tidak akan secepat ini bosan." Iqbal membuang nafasnya malas.
Iqbal menarik kedua tangan Salsha yang sedang duduk dipelaminan, menatap dalam mata Salsha yang sekarang ini ikut terhipnotis, alunan piano tanpa nyanyian.
"Sepertinya aku belum mengatakan kalau kamu sangat cantik hari ini?" Lihatlah, jika Iqbal seperti ini. Menggunakan bahasa formal hanya untuk membuat Salsha malu karena tersipu, Iqbal yang paling jago.
"Aku juga belum mengatakan kalau kamu adalah pria tertampan yang pernah ada dihidupku selama ini."
Keduanya tertawa saat memuji satu sama lain, Iqbal mendekatkan tubuh Salsha dengan rangkuhan pinggang Salsha agar mendekat padanya.
"Aku rasa sekarang ini menikah dengan wanita dewasa." Balas Iqbal yang membuat Salsha tersenyum penuh arti.
"Apa kita berdua benar benar sudah dewasa, sayang?" Tanya Iqbal dengan suara lirih yang mengacaukan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PL
RandomPICK LOVE VERSI WATTPAD ON GOING "Kalo lo gak cinta sama Salsha, lo bisa lepasin dia. Biarin gue bahagiain dia." Ucap Iqbal berjalan mendekati Aldi yang sedang melamun. "Gue cinta sama dia." Jawab Aldi berusaha tersenyum dikursinya. Sudah kesekian k...