34. Asisten Dosen Kalista.

531 34 6
                                    

Berharap lebihlah kamu pada perasaanmu sendiri, dan pendamlah perasaanmu pada orang lain. Karena martabatmu menunggu, bukan menyampaikan isi hatimu lebih dahulu.

"Apa?"

"Gimana kuliah kamu? Udah hampir lulus?" Tanya Ayah Iqbal berkali kali, sejujurnya Iqbal tertekan, jika disini sama sekali harus mandiri dan hidup layaknya manusia yang terlihat seperti jagung tanpa perhatian.

"Ayah gimana si, Iqbal kuliah baru satu tahun setengah. Kan baru tiga semester, mana ada kuliah secepet itu!" Timpal baliknya dengan kesal, sudah kuliah lebih cepat, dan dituntut agar lulus dengan cepat.

Bukankah, jalur cepat saja dua tahun yah? Sedikit cepat juga bisa tiga tahun setengah itu baru S1, belum dengan kuliah jalur yang berbeda agar menjadi CEO.

Ayahnya benar benar!

"Ayah bisa tuh, lulus di semester empat." Timpalnya santai, Iqbal lihat pasti ayahnya sedang membanggakan diri dengan membusungkan dadanya.

"Iya iya, Iqbal usahain lulus cepet." Ngalahnya pada orang yang sudah membesarkannya sadari kecil.

Helaan nafas terdengar jelas dari telinga Iqbal dari sebrang sana.

"Ngomong ngomong tentang perjodohan." Ucap ayahnya dengan tiba tiba, dia juga menggantung perkataannya.

"Bunda kamu ngebet banget kamu nikah sama cewek yang bunda kamu pilihin, kamu siap nerimanya?" Tanya ayah yang membuat pikiran Iqbal mematung ditempat.

"Eh, udah bell. Iqbal matiin dulu ya telfonnya, bye ayah." Putus Iqbal yabg mematikan hasar panggilannya secara sepihak.

Dia ubah wajahnya menjadi datar, dan berlenggang memasuki kelasnya dengan terburu buru.

"Sial banget si gue!" Gumamnya terus disepanjang jalannya.

Tanpa sadar, dia langsung saja berlari dengan kenjang, dan menabrak seseorang.

BRUK

BRAK

Buku yang di bawa lawan berjalannya berantakan kemana mana, Iqbal meringis pelan.

Bagaimana bisa terjadi secepat ini? Dasar hari sialnya.

Iqbal membersihkan baju serta celananya yang kotor, lalu berdiri dan berusaha membantu cewek didepannya itu dengan cepat.

Sebenarnya, Iqbal mahasiswa yang teladan. Dia hanya tidak mau terlambat, dan menjadikannya nilai MIN di satu mata kuliah.

"Mmm, I'm sorry." Pungkas Iqbal yang baru saja mengambil sebagian buku berantakan milik cewek didepannya.

"Sorry, I'm accidentally.." Lanjut Iqbal yang langsung memberikan semua buku dihadapannya.

Dengan cepat juga Iqbal berjalan terburu buru dan kembali dicekal oleh seseorang yang ditabraknya.

"Orang Indonesia kan?" Mata Iqbal kembali menatap cewek didekatnya.

"Kenalin Kalista, Asisten Dosen baru, yang gantiin Mr. Adward mata kuliah Bahasa Inggris." Double shit, Iqbal kembali mengumpat.

Hari ini benar benar sial baginya.

Iqbal masih tidak membalas jabat tangan dari cewek didepannya, dia lagi lagi meruntuki harinya karena jika ayahnya kembali mengungkit tentang perjodohannya.

Maka, hari itu seperti hari tersial karena perjodohan. Jika saja baru 'akan dijodohkan' sesial ini. Bagaimana bisa Iqbal menikah dengan cewek yang akan merusak dan membuat harinya sial setiap hari.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang