55. PERASAAN SEMU

410 50 2
                                    


Saat keadaan memaksa mereka tidak saling mencintai, disitulah perasaan aneh mulai muncul.













"Lagi ngapain?"

"Revisi skripsi."

"Mau makan malem gak hari ini, sebelum aku berangkat kampus."

Salsha masih diam tidak sama sekali merespon pertanyaan sekecil apapun itu.

"Gak usah, aku udah makan tadi bareng mama." Iqbal seperti sedang menganggukan kepalanya.

Dia merenggangkan sedikit tangannya yang sedikit merasa pegal.

"Kenapa si akhir akhir ini gak mau diajakin jalan, main ke rumah juga gak mau. Kamu ada masalah?" Tanya Iqbal dengan suara berusaah selembut mungkin.

Hampir dua bulan setengah mereka tidak saling bepergian bersama.

Antara Salsha sebentar lagi wisuda dan sedang sibuk skripsi juga dan Iqbal kelewatan sibuk sampai pernah mengabaikan Salsha satu minggu penuh karena Iqbal bepergian ke negara entah mana dan sampai sampai ponselnya lupa tidak dibawa.

Terdengar lucu memang, tapi semua terjadi begitu saja.

Dan, Salsha benar benar marah besar saat itu. Bisa dikatakan, Salsha sama sekali tidak ingin bertemu wajah dengan Iqbal.

Saat, Iqbal akan menjemput. Salsha justru berangkat satu jam lebih pagi.

Dan, saat Salsha tahu jika dia pulang lebih awal. Salsha juga pergi berlalu lebih cepat dan mencari jalan yang tidak akan Iqbal tahu.

Satu lagi, saat Salsha tahu Iqbal akan ke rumah atau sekedar mengajak jalan. Salsha sudah pergi keluar lebih dulu.

Seperti bulan dan matahari, yang tidak saling memusuhi dan marah tapi menghindari satu sama lain.

Kekanak kanakan memang, tapi itulah Salsha. Dan Iqbal juga sedang tidak terlalu peka.

Sampai sampai, hanya mengatakan 'Maaf, akhi akhir ini aku sibuk. Soal ponsel, aku bahkan gak sempet pegang satu minggu lebih akhir akhir ini. Tolong, pahami ya.'

Seperti itu saja membuat Salsha semakin dongkol, dan sekarang dia hanya sedang tidak ingin mengatakan apapun.

Iqbal terlalu fokus, dan Salsha semakin kesal. Benar kata kak Arta.

Iqbal terlalu Gila pada pekerjaannya, dan Salsha mulai marah dan haus soal perhatian Iqbal.

Maaf.

"Yang ada masalah itu kamu, aku biasa aja. Kamunya aja yang aneh akhir akhir ini." Salsha sedikit memberi jarak diantara keduanya.

Salsha yang posisinya baru dua hari mengurusi segala hal dirumahnya dengan Kalista benar benar dibuat benar benar repot itu semakin tersulut.

"Ada apa si?" Tanya Iqbal dengan notasi suara sangat lirih lalu berjalan mendekati Salsha.

Posisi keduanya sedang disatu ruangan, yang lebih tepatnya kamar Salsha.

Dua minggu kejar kejaran membuat mama Salsha harus ikut andil di hubungan baru keduanya.

Salsha yang terlalu kekanak kanakan, dan Iqbal yang sudah menjadi dewasa harus dipertemukan dengan karakter yang bertumbuh dengan sangat berbeda.

"Maaf, aku tahu aku gak bisa seromantis Aldi. Aku tahu, aku gak kaya cowok yang lainnya. Maaf, aku tahu aku banyak salah dan kekurangan. Maaf, aku terlalu monoton untuk ukuran kamu. Maaf, aku gak bisa sehumoris yang lainnya."

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang