41. JALANI SAJA

526 40 12
                                    

Waktu berputar, pada siapa kita berhenti. Dialah yang akan menjadi jodoh terakhir kita, sekalipun takdir selalu mempermainkan pemainnya.





Iqbal masih berdiri dengan garukan kepala yang tidak gatal, entah kenapa perasaan yang Iqbal rasakan canggung.

Benar benar canggung, rasa rindu yang berhasil terobati berhasil membuat dirinya sendiri merasa kebas.

Semua organ tubuhnya seperti memaksanya untuk berhenti.

Iqbal sedikit meneliti wajah Salsha yang sedang menggigit bibir bagian dalam bawahnya itu dengan gugup.

Jika Salsha gugup, jangan ditanya perasaan Iqbal.

Antara bingung, senang, ingin bahagia, kesempatan, dan penghianatan

Baru saja beberapa jam yang lalu, Iqbal bertemu dengan Aldi kenapa sekarang Iqbal kembali dipertemukan dengan Salsha.

Dihari yang sama.

Ini yang menjadi salah.

Iqbal memang sangat ingin kembali pulang ke Indonesia untuk bertemu dengan Ayahnya dan sedikit berbicara dengan Salsha.

Tapi saat, Iqbal akan pergi ke rumah sahabatnya yang sekarang di depan matanya ini. Rumahnya terlihat sangat kotor.

Semua lampu didalam rumah tidak menyala, mungkin lampu halaman saja, jika Iqbal ingat.

Ada sedikit perasaan kecewa awalnya, tapi saat pulang dari rumah Salsha.

Iqbal kembali pergi ke kampus pamannya mengajar, hanya ingin sedikit berbicara masalah perkantoran.

Hal apa yang harus Iqbal lakukan dihari pertama dia akan memegang anak cabang milik bundanya.

Dan ayahnya, tentu saja.

Iqbal berdeham pelam, dia meremas tangannya dibawah meja.

"Bisa pinjem Salshanya sebentar om?" Tanya Iqbal meminta izin, Papa Salsha hanya menganggukan kepalanya.

"Eh mau kemana?" Seru bunda Iqbal yang baru saja kembali dari dapur membantu mama Salsha menyiapkan makanan.

"Mau ke taman belakang, iya ke taman belakang." Jawab Salsha yang mendapat pertanyaan melalui tatapan mata mamanya.

Iqbal masih gugup, dengan memasang wajah yang benar benar bingung.

Kedua ibu itu total tertawa keras karena melihat kedua anaknya seperti seekor kelinci yang baru saja diguyung dengan air satu ember besar.

Wajahnya sangat menggemaskan, bahkan Arta sampai tertawa renyah menyahuti.

"Tangannya biasa aja dong Sal, kenapa erat banget megang baju Iqbal." Goda mamanya yang justru membuat Salsha menarik tangannya refleks.

"Kamu juga, kenapa sampe keringetan gini." Balas bundanya, Iqbal berdecak sebal.

Salsha meninggalkan kegiatan menggoda itu dengan dibuntuti Iqbal yang sama malunya.

Keempatnya tertawa keras karena berhasil menggoda calon mereka satu sama lain.

"Sal gue bingung seratus persen, gue gak pernah mikir kalo cewek yang dijodohin sama gue itu lo." Ucap Iqbal yang mendahului berbicara.

"Gue juga."

"Sama sekali gak tahu, dan detik ini gue masih kaget. Jantung gue masih berdetak kencang saking kagetnya." Lanjut Salsha menimpali.

"Tapi." Ucapan Salsha terputus dengan dirinya sendiri yang terdiam.

"Gue gak pernah nyangka kalo Aga itu lo, Iqbal Ardiaga. Mama gue aneh banget manggil lo pake nama Aga." Kesal Salsha yang mendapati Iqbal sedikit terkekeh.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang