73. HANA DATANG / IQBAL DROP

347 41 24
                                    

Salsha Aldi, Iqbal Salsha. Menurut penulis sama saja, mau Salsha menikah dengan Iqbal dan bahagia sama saja dengan Aldi yang masih mencintai Salsha. Tapi, itu perumpamaan dulu. Sebelum semuanya semakin rumit.







"Darimana kamu tahu apartemenku?" Tanya Aldi yang terkejut saat baru saja akan keluar untuk berangkat ke Kampus justru sudah ada Hana yang berdiri dengan membawa dua koper besar miliknya sendiri.

"Papa kamu."

Mata Aldi yang sangat mengantuk langsung saja hilang dengan keterkejutannya.

"Papa?" Hana mengangguk menjawabnya, dia kembali menguap sebentar dan meminta masuk namun Aldi menghalanginya.

"Mau kemana?" Hana memutar bola matanya malas dengan menatap Aldi datar.

"Aku capek terbang dari Indonesia ke Amerika cuma buat nyusulin kamu. Kenapa aku gak diijinin masuk ke apartemen kamu?"

Daebak!

Hana sangat berbeda sekarang, seperti mencerminkan jika dia benar benar pacar yang sebenarnya. Bukan sisi pemalu seperti dua tahun yang lalu.

"Maksud aku, kenapa kamu masuk ke apartemen aku. Hari ini aku ada jam kuliah dan sampe malem. Kenapa kamu gak pesen apartemen sendiri?" Tanya Aldi dengan hati hati, Hana terdiam.

Dia meneliti Aldi dari penampilan atas sampai bawah yang mengenakan sepatu.

"Papa kamu yang ngizinin aku tinggal di apartemen kamu." Jantung Aldi seperti berhenti berdetak.

Apa katanya? Papa?

Bagaimana bisa manusia super tegas itu memberikan izin Hana untuk tinggal berdua bersamanya.

Apa papa menginginkan cucu lebih cepat?

"Tapi papa gak ngabarin aku?" Balik bertanya lagi, Aldi masih tidak bisa berfikir jernih.

Sangat tidak mungkin jika papa yang mengijinkannya, bahkan jika Hana datang ke rumah Aldi. Mama selalu memberi jarak agar tidak berpacaran yang berlebihan.

Walaupun keduanya tahu, harus bagaimana karena usianya sudah cukup matang.

Mama selalu mewanti wanti Aldi agar tidak melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.

"Mama kamu yang nyuruh buat jangan ngabarin kamu."

Aldi hari ini seperti dibuat berlari maraton dengan kecepatan lari jarak pendek, terkejut, kaget dan masih tidak bisa terbangun dengan cara disiram air.

"Bagaimana bisa?" Hana mengangkat bahunya terlalu malas dan lelah, dia merampas Card apartemen itu dan membukanya dengan santai.

"Aku bisa nunggu kamu sampe kelas malem." Ucap Hana yang membuat Aldi menganggukan kepalanya refleks.

"Oh iya, aku pesen makan malem ya. Apa aja." Sambung Hana yang sudah mulai masuk dan menutup pintu apartemen itu dengan santai seperti pemiliknya.

Lalu, pintu kembali terbuka dan mengembalikan Aldi yang sekarang sudah sadar sepenuhnya.

Hana berjalan mendekati Aldi dan mencium bibirnya dengan pelan, dan kembali berbicara.

"Semoga hari ini menyenangkan." Ucap Hana dan berjalan malas memasuki Apartemen Aldi dan hampir hilang tertelan pintu.

Namun, dengan satu tarikam tangan dari Aldi cukup kencang berhasil membuat Hana terpekik karena terkejut.

Aldi memeluk Hana sangat kencang dan mencium puncak rambut Hana sekarang, ini menenangkan.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang