19. NAIF KARNA LUKA DAN SENYUMAN

914 71 17
                                    

Siapkan tenaga buat baca, soalnya ini bisa buat kalian pengen, teriak teriak sendiri, ketawa, kesel, bertanya tanya, mikir, nge shiper dan ada banyak lagi.

Cussssssss...

"Jangan berharap lebih sama gue, anggap semua perlakuan gue cuma pelampiasan gue yang gak bisa perlakuin Salsha manis lagi karna keberadaan lo yang mempersulit gue sama dia."

Tania terdiam dengan tegunannya, dia menatap Aldi dengan senyum paksaannya.

Oh iya, dia lupa diri jika selalu mendapat perlakuan manis itu.

"Waktu gue masih dua bulan sepuluh hari kan? Masih lama gue berjuang." Jawab Tania yang menyandarkan kepalanya pada punggung jok mobil sebelahnya.

Keadaan hening tadi terpecah dengan menghasilkan kecewa besar pada hati Tania, namun masih sedikit.

"Iya, gue tahu. Kan gue cuma kasih peringatan buat lo, gue tahu banget gue senggol dikit aja lo baper. Cewek kan orangnya baperan." Tania tersenyum miris, sesakit inikah menunggu seseorang yang menyukai orang lain.

"Lusa Salsha ulang tahun, gue mau lo bantuin gue nyiapin pesta kecil kecilan dan beli kado spesial buat Salsha." Ucap Aldi yang masih fokus pada kemudinya.

"Lo besok ada waktu? Temenin gue belanja semua keperluan ya."

Tania mengerjapkan matanya, dia tampak berfikir sedikit untuk memikirkan apa saja yang ia dapat jika dia membantu Aldi membeli semua perlengkapan itu.

Eitt, benar. Dia masih bisa dekat dengan Aldi, dekat dengan raganya, dan hatinya masih milik yang lain.

"Malem?" Aldi mengangguk, dia menatap Tania dalam.

"Gue tahu lo suka pergi malem dibanding sore." Aldi memarkirkam mobilnya pada depan gerbang rumah Tania yang terlihat jika gerbang hitamnya menjulang tinggi.

"Sampai, turun!"

"Gue selalu ada banyak waktu buat lo, pagi, siang, sore, malem. Jadi jangan lo klaim gue kalo gue suka pergi malem, okey." Tania menggendong tasnya kembali dan membuka sabuk pengamannya.

"Cewek yang keluar malem bukan berarti dia gak bener, cewek keluar malem karna suasana malem lebih romantis dari polusi udara siang ataupun sore." Aldi tertawa kencang.

"Lo kan selalu takut item, mana bisa gue samain lo sama dia. Dia pergi kapan aja sama gue mau, gak harus malem." Ucap Aldi enteng, dia menekan tombol membuka kunci pada pintu mobilnya.

"Beda sama lo yang suka nego kan?" Tania meringis, kenapa sekarang Aldi selalu menganggapnya rendah, sampai tidak ada harga dirinya.

"Lo bedain gue sama dia? See, dia lebih mau sama yang gak berkhianat, bukan sama lo yang gak bisa menjaga komitmen sahabatnya."

"Thanks, tumpangannya. Kalo mau ngerendahin jangan berlagak manis dulu baru diludahin. Lain kali kalo mau cari pelampiasan sama gue, gak mempan!"

Tania keluar dari mobil Aldi dengan sedikit membanting kasar pintu mobilnya, Aldi membuka kaca mobil disebelahnya.

"Wait, lo lupa? Lo yang ngejar gue, bukan gue yang ngejar elo." Aldi menjalankan mobilnya dengan tertawa konyol.

Tidak ada sejarahnya Aldi yang mengejar Tania, dia hanya sekedar membantu menjadikannya teman.

Bukan memberi harapan.

°°°

Ketukan pintu kamar menyita perhatikan Iqbal, dia membalik menatap sepupunya yang menatapnya kesal.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang