54. PERANG ARGUMEN

461 48 12
                                    

Antara menyayangi dan dipaksakan, semua perasaan harus kembali menjadi baik. Sekecil apapun amarah dalam satu hubungan, percayalah. Salah satu dari mereka pasti akan ada yang mengalah karena terlalu menyayangi.

.......
.
.
.
.

Tuhan bilang orang yang saling mencintai akan dipertemukan, dan Salsha sekarang mulai merinding.

Aura disebelahnya sekarang, menjadi sangat dingin, dan menakutkan.

Yang, awalnya akan pergi ke Mall untuk berbelanja menjadikan Salsha harus ada di Apartemen Iqbal dengan makan siang keduanya yang Iqbal pesan lewat delivery.

Iqbal masih diam tidak ingin mengatakan sesuatu, Salsha menjadi merasa tidak enak.

Pertama, saat Iqbal hanya tidur beberapa jam dan Salsha terlambat berangkat Salsha sedikit marah.

Kedua karena Iqbal dikerubungi para mahasiswi bule yang membuat perasaan Iqbal memanas.

Dan terakhir sekarang, sikap kekanak kanakan Salsha.

Sekarang, Salsha sedang duduk disofa dengan Iqbal yang masih fokus pada ponselnya yang sedang memeriksà emailnya.

Tangan Salsha meremas tangan Iqbal yang satunya, Salsha juga masih tidak bisa mengeluarkan suaranya.

Keadaan terlalu hening, dan membuat telinga Salsha sedikit berdenging.

"Iqbal."

"Maaf, soal tadi. Aku janji gak akan ngelakuin hal itu lagi, aku mau jadi anak nurut dan gak kekanak kanakan lagi."

"Aku bakal dengerin apa kata kamu, hati aku sakit liat kamu dikeruminin mahasiswi tadi pas dikantin. Dan, kamu gak mau dengerin apa yang aku mau."

"Jadi, aku gak bisa nahan kesel aku sama kamu."

"Aku gak tahu kenapa aku bisa kaya gitu, aku minta maaf karena hampir buat kita berdua celaka."

"Iqbal, maafin." Rengek Salsha dengan meremas remas kecil tangan Iqbal dengan wajah yang sangat takut.

Percayalah, sekarang yang Salsha rasakan hanya perasaan bersalah, takut, dan ingin menangis.

Iqbal seperti bukan Iqbal, mungkin inilah Iqbal yang sebenarnya.

Maksud Salsha, seperti inilah jika Iqbal marah.

Salsha menggoyang goyangkan tangan Iqbal agar membuat Iqbal sedikit meresponnya.

Tapi sayang, ternyata membuat Iqbal marah sangat sulit. Dan lebih sulit lagi, jika mendapat respon Iqbal saat marah.

Sudah ribuan cara Salsha lakukan, sampai sampai makan siang Salsha juga benar benar terlambat.

Sekarang sudah jam empat sore lebih empatpuluh delapan menit.

Rasa rasanya Salsha tidak bisa mengatakan sesuatu lagi, suaranya habis untuk menceritakan hal yang sama disatu waktu yang bersamaan.

Dan, Iqbal benar benar tidak ingin mengerti. Salsha merasa lelah sekarang, usahanya seperti sia sia.

Sekarang, apa Salsha boleh mengatakan jika sekarang Iqbal lah yang kekanakak kanakan.

"Salsha."

"Maaf, kayaknya gue harus pergi ke kantor. Lo mau pulang atau tetep di apartemen gue?"

Diam. Mulut Salsha seperti terkunci rapat rapat karena ucapan Iqbal yang mematahkan sedikit hatinya, bukan ini yang Salsha inginkan saat Iqbal mengatakan satu kata perkalimat pertamanya untuk menenangkan suasana.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang