2. PULANG BARENG IQBAL

1.6K 92 7
                                    


Aldi berjalan berdampingan dengan Salsha disebelah kanan dan Tania disebelah kiri.

Aldi diapit cewek berparas cantik, Salsha yang mendapat predikat paling cantik di sekolahan bisa saja akan lengser dengan adanya Tania masuk pada sekolah yang sama.

Namun, Salsha hanya mengendikan bahu. Dia tidak peduli dengan itu.

"Gue anter lo ke ruang kepsek." Ucap Aldi pada Tania, Salsha yang merasa terasingkan hanya berjalan menjauh menuju kelasnya.

Dalam hati Salsha berdoa tidak satu kelas Tania, dia berusaha tidak peduli pada sekitar.

"Sal, mau kemana?" Teriak Aldi sepenghujung koridor, Salsha hanya berjalan menuju kelasnya tanpa ingin menjawab.

"Dia temen kamu? Kok aku gak dikenalin?" Tanya Tania seraya mengapit secuil rambutnya ia belakangkan pada sela sela telinga.

"Lah, jadi tadi lo belum kenalan?" Aldi kembali membalik pertanyaannya. Jadi, tadi mereka berdua dibiarkan berdua hanya diam diaman?

"Mmm. Aku gak suka bergaul, dianya juga keliatan kaya gak suka sama aku. Jadinya aku cuma diem aja." Aldi meringis pelan, benar. Salsha memang cuek, dan tidak suka bergaul.

"Dia Salsha, sahabat aku dari kecil banget. Kita sama sama bareng dari TK, SD, cuma SMP nya yang gak bareng. Gue sama dia dipertemukan kembali disekolah ini, sekarang kita kelas sebelas. So,,, ya kaya gini la." Aldi tertawa garing, dia gugup jika menceritakan sosok Salsha bagi dirinya sendiri.

"Dia berharga banget ya buat kamu?"

"Iya." Jawab Aldi cepat, namun keadaan tiba tiba menghening sejenak. Aldi memukul bibirnya sendiri.

"Eehh, gimana ya. Ya berharga la, orang kita sering bareng. Jadinya gak bisa kalo gak bareng, kemana mana bareng soalnya." Jauh dilubuk hati yang paling dalam, Tania merasa sesak.

Tania rasa, jika hati dan perasaannya jatuh pada Aldi. Cowok yang baru kenal dua hari yang lalu, diperempatan jalan. Dan satu komplek dengannya.

"Ini ruang kepseknya, gue rasa lo tinggal masuk dan tanya sama yang didalem. Gue ke kelas dulu." Aldi segera berlari meninggalkan Tania yang masih menatapnya aneh.

Aldi cukup tahu untuk tidak mencintai, dalam hati dia masih memegang erat jika dia tidak akan meninggalkan rasa sukanya pada seseorang. Jika dia belum mengutarakan perasaannya. Pada cinta pertamanya.

"Lo kenapa si, perasaan dari tadi diemin gue mulu. Gue minta maaf soal kemaren, gue tahu gue salah udah buat lo ngunggu lama banget, dan ninggalin lo disana." Aldi berbicara pada Salsha yang masih saja tidak menggubris.

"Gue tinggalin lo disana bukan tanpa sebab."

"Apa alesan lo ninggalin gue disana?"

"Gue ada urusan, iya gue ada urusan." Jawab Aldi gugup, ini baru kali pertamanya dia tidak jujur pada sahabatnya.

"Sebegitu pentingnya urusan lo sampe nganterin gue pulang aja lo gak sempet, bahkan minta maaf aja sampe nginep. Harus nunggu besok, padahal lo tahu kalo gue udah tidur semua yang jadi beban gue udah hilang dengan gue tidur." Aldi menunduk, awalnya dia memang salah.

"Awalnya urusan itu penting, tapi saat gue inget lo semuanya jadi gak lenting." Salsha berdecit, lagi lagi Aldi mengucapkan kata itu tanpa bisa berfikir jernih.

"Apa si yang buat lo enak enak aja ninggalin gue ditengah jalan gitu, gue rasa ini yang pertama kalinya un--" Ucapan Salsha terpotong dengan jawaban Aldi yang membuat Salsha terkejut.

"Karna ada Iqbal, gue berani ninggalin lo. Gue gak akan ninggalin orang yang gue sayang malem malem sendiri, apa lagi pulang sambil jalan kaki." Ucapan Aldi memang bagaikan angin lalu bagi Salsha, tapi itu dulu. Entah siapa yang memulai.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang