14. TEMAN NYAMAN SESAAT

973 68 12
                                    

Taget part ini maunya si 40vote, tapi kurang dikit gak papa kok.

Semoga suka ya,, gak tahu kenapa pengen banget up part ini.

Setelah puas mengeluarkan segala kekasalannya, Salsha menarik kedua tangan cowok yang sadari tadi masih diam menatapnya dengan teliti.

"Kalo diantara kalian berdua gak ada yang mau nganterin gue, gue pulang sendiri." Ucap Salsha mantap saat tidak mendapati respon baik oleh kedua cowok yang dia tarik tadi.

"Emmm, sorry Sal. Bukannya gimana, tapi gue ada acara sama temen gue." Ucap Rio yang tampak bingung akan bersikap seperti apa.

Salsha menyungging senyumnya pada Rio, dia tahu betul apa yang akan pacar pura puranya itu lakukan.

"Lanjutin, gue tahu kok lo lagi deket sama Cassandra semoga lo langgeng ya sama dia." Rio yang tampak bingung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue sama dia belum jadian, masih tahap pendekatan. Dia tahunya gue masih pacaran sama lo." Jawab Rio yang masih sedikit merasa bingung, dia juga masih bingung arah cintanya.

Apakah, dia masih mencintai Salsha dan berharap balasan cintanya.

Atau justru beralih pada hati yang baru, dan memulai semua kehidupannya dari awal.

"Besok kita umumin kalo kita gak ada apa apa, bukanya kita emang udah gak ada apa apa. So, besok kita umumin kalo selama ini kita cuma pacar pura pura, lo bebas deket sama siapa aja. Kaya gue gini, thanks perhatiannya akhir akhir ini." Rio tersenyum, benarkah?

Sebaik inikah Salsha yang sebenarnya, Rio tetap salut pada Salsha.

Dia juga sangat bersyukur pernah mempunyai rasa, dan cinta pertamanya jatuh pada Salsha.

Sosok baik dihadapannya ini.

"Serius?" Tanya Rio yang tampaknya sangat tidak sabar, dan dia terdiam.

Benarkan Rio sudah tidak memiliki rasa pada Salsha, dan benarkan itu karna sikap gentle Iqbal jauh jauh hari ini?

Rio harap begitu.

Salsha mengangguk mantap, dia berjalan lebih mendekat pada Rio dan memweuknya sebentar.

Rio juga menyadari jika perasaan yang membuatnya salah tingkah sudah tidak ada lagi.

Benarkah perasaan itu sudah hilang.

"Makasih buat satu bulan ini, makasih udah buat gue sadar kalo gue terlalu dikekang sama Aldi sahabat gue sendiri, makasih keberaniannya kak, makasih. Lo masih tetep temen gue kok, jangan sungkan kenalin pacar lo ke gue sama yang lain, kita masih sahabat. Lo yang minta ke gue jadi sahabat kan? Jangan menjauh."

Rio membalas pelukan itu, ternyata rasa aneh ini menghasilkan kenyamanan yang membuat Rio sadar.

"Lo udah gue anggep adik gue sendiri, thanks atas semua respon lo, jangan sungkan sama gue, gue masih Rio lo kok." Salsha mengangguk, benar.

Rio masih Rio yang sama.

"Gue masih disini si, masih nunggu Salsha mau pulang sama siapa, kalo ada yang nganterin ya gue mau balik sendiri aja si." Ucap Bastian yang dengan muka biasa sajanya menghancurkan suasana hangat tadi.

Salsha melepas pelukan Rio, dan begitu juga sebaliknya.

Keduanya tertawa garing dan merasa saling canggung, tanpa diminta Rio sudah berpamitan untuk pulang lebih dulu dan meninggalkan Salsha dengan Bastian yang saling diam.

"Maksudnya apa?" Tanya Salsha yang to the point pada pembicaraannya.

Keduanya sedang duduk dikursinya masing masing, Bastian dikursi kemudi dan Salsha duduk dikursi sebelahnya.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang