35. TAMU MENGEJUTKAN?

561 36 10
                                        

Berhentilah berfikir rumit dalam satu hari ini, kau melakukan dengan baik, kau menjalani hari harimu dengan bagus. Mereka bercerita jelek tentangmu karena dia merasa iri, popularitasmu mengganggunya.

"

"Kenapa lagi si?" Seru adiknya yang terlihat sangat kesal.

"Gue udah bilang kan disana lo ngurus perusahaan ayah, bukan malah ngabisin duit!" Tania benar benar merasa hatinya panas.

Dia memberi kesempatan, dia juga memberi tanggung jawab justru semuanya diambang bangkrut oleh adiknya sendiri.

Adik kandungnya, yang menurut dady dan momy nya tidak bisa diandalkan.

Ingin sekali Tania berteriak dan menyetujui perkataan kedua orang tuanya. Namun, dari dalam hati kecilnya Tania terus saja terdiam.

Jika bukan Tania yang mengurus adiknya siapa lagi, adiknya hanya mempunyai kakak. Kedua orang tuanya tidak perduli, jadi apa boleh buat.

Anak ditelantarkan oleh orang tuanya, dan dengan gagah beraninya kakaknya menolongnya, seolah olah menjadi pahlawan kesiangan.

Semuanya terlihat menyedihkan!

Apa yang bisa diterima dengan baik baik saja jika adiknya kembali mendapat tekanan terdalam dari hatinya.

"Kakak udah bilang berapa kali si dek, urus yang bener, berubah jadi orang yang sedikit berguna." Ucapan Tania melembut, dia ingin sekali mengelus rambut adiknya sangat pelan.

Tania pikir pasti adiknya sedang memutar bola matanya malas.

"Gak usah ngurusin hidup gue kalo lo cuma mau bikin gue terlihat baik dimata ayah bunda deh." Sangkalnya yang menatap kearah kaca dengan malas.

Tania menghela nafasnya lagi, beberapa kali.

"Lo pulang ke Jakarta malem ini. Atau gue susulin lo, gue seret ke rumah buat mengakui kesalahan lo karena perusahaan disana hampir bangkrut."

"Gak dua duanya." Jawab santai yang membuat Kakaknya naik pingkat.

"DEK!"

"Apa si." Jawab kesal yang membuat Tania benar benar ingin membanting ponselnya dan mengobrak abrik meja dan beberapa berkas diperusahaan cabang milik dady nya.

"Kesabaran gue habis ya ngeladenin lo, gue ngasih lo tanggung jawab biar lo bisa baik dimata siapa aja. Lo tunjukin kalo lo mampu dan bisa dimata gue, terserah lo mau perduli apa enggak sama ayah."

"Gue sampe capek nasehatin lo yang bener bener gak dipake, otak lo digunain gak si." Keluh Tania yang membuat sambungan telefon terputus secara tiba tiba dari adiknya.

Tania terdiam.

Apa ucapannya berhasil melukai hati adiknya, adik kecilnya yang baru berusia empat belas tahun, tapi dengan tidak tahu dirinya dia terus menekan keinginnanya untuk membuat adiknya sempurna.

Satu notifikasi terlihat, satu pesan diterima dari adiknya.

Maaf kak.

Dua kata itu benar benar membuat Tania sedikit sakit, hatinya seakan akan teremas tanpa dia sadari.

Satu pesan kembali Tania terima dengan pengirim yang sama.

Aku lakuin apa yang kakak mau, kakak bener. Semua yang kakak lakuin buat kebaikan aku. Maafin aku yang selalu gak tahu diri soal posisi, aku cuma punya kakak. Aku sayang kakak. :)

Satu tetesan air mata mengalir tanpa disengaja, tangan kanannya ia gunakan untuk menghapus kasar air matanya.

Dalam hatinya Tania menguatkan dirinya sendiri dia selalu mengatakan jika semua yang dia lakukan benar benar untuk kebaikan adiknya.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang