27. KEBERANGKATAN MENINGGALKAN B*N*I

760 50 13
                                    

"Apa?" Tanya seseorang yang mendapat panggilan telefon dari adiknya, tidak bisa dipungkiri. Jauh dan dekatnya mereka sama sekali tidak merubah keadaan dan kenyatan.

"Gimana sama rencana konyol lo?" Cewek yang baru saja mendapati pertanyaan dari lawan bicaranya hanya mengendikan bahu.

"Yang pasti gak akan ada orang yang bisa menjarain gue gitu aja."

"Ini kabar baik atau kabar buruk, gue tahu Dady lagi di Amerika dan Momy lagi di Spanyol." Jawabnya lagi dengan serius, dan tampaknya yang ditelfon bukanya menjawab dengan jawaban yang serius justru sebaliknya

Ini tidak lucu bodoh!

"Sedikit baik." Jawab cewek tadi dengan tersenyum, entahlah hanya keduanya yang mengetahui masalah ini.

"Hn?"

"Gue buang duit 500 juta demi ngelindungin lo." Jawab cewek itu dengan sangat to the point.

"Lo bisa ngomong lebih spesifik? Gue ngelakuin itu karna disuruh sama kakak kandung gue." Tania, tampaknya cewek itu masih merasa cuek.

"Gue kakak kandung lo kan?" Dia menjawab deheman setuju, benar.

"Aneh, gue punya kakak yang menjerumuskan adiknya main kotor demi cinta konyolnya sendiri." Komentarnya lagi, dia juga sedikit terkekeh. Setidaknya menyadarkan kakaknya akan membuat akal sehat kakaknya kembali, walaupun sedikit.

"Lo saudara gue kan? Sesama keluarga harus saling membantu?" Adiknya disana hanya memutar bola matanya malas.

"Gimana sama test lo? Anak kecil itu test perkulahan, dasar bego!" Cibir Tania pada adiknya, pertanyaan sangat konyol memang.

"Kalo bukan karna gue balas budi pasti gue lulus, sayangnya lo yang ngendaliin semua hidup gue. Lo ngelimpahin semuanya ke gue, gue dapet jabatan direktur tapi lo gak ngebolehin gue keluar sebagai nama asli gue. Dan lo ngasih kerjaan gue sebagai OG, sialan." Tania tertawa sangat kencang, ya bagaimana bisa anak kecil bekerja menjadi direktur utama kan?

Umurnya saja berbeda empat tahun.

"Masih untung lo gue kasih duit." Jawabnya santai, dan itu semakin membuat adiknya mendengus sebal.

"Mending gue sekolah daripada jadi OG, kakak sialan lo. Baru kali ini gue di berhasil dibego begoin sama lo." Kesalnya membuat Tania berhenti tertawa.

"Dady pulang malam ini." Ucap Tania dengan sangat serius namun mendapat jawaban datar dari adiknya yang berpisah negara dengannya.

"Gak akan pernah dia nyariin gue, dan perlu gue tegasin lagi? Gue hidup sendiri aja yang mereka peduliin cuma lo." Tania menatap pada wajah Adiknya. Pasti dia sedang menerawang saat dimana keduanya masih sekolah dasar.

Saat dimana mereka baru saja pulang bekerja dari negara berbeda namun hanya membelikan mainan pada anak pertamanya saja, siapa lagi kalau bukan Tania.

Adiknya sama sekali tidak diharapkan.

Yang kedua orang tuanya harapkan hanya satu, anak kedua mereka laki laki. Bukan perempuan lagi, karna mereka sudah mempunyai Tania dan keduanya tidak menginginkan anak berandal seperti adiknya.

Ucapan itu bukan hanya menyakiti adiknya, Tania juga sangat tidak setuju.

"Seenggaknya gue udah buat jarak yang jauh banget antara dady, momy, sama lo. Lo baik baik aja disana ya, setiap dua bulan sekali gue kirimin duit. Gak usah belagak miskin." Ucap Tania dengan kembali mengelawak.

"Tai." Umpat kasar adiknya.

"Cowok Norwegia kan lumayan lumayan, bakat jalang gue kan melekat juga sama lo." Jawab Tania yang mendapat teriakan 'najis' dari sebrang telefon dan membuat Tania kembali tertawa.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang