74. RAHASIA DIBALIKNYA.

350 41 18
                                    

Aku mencintaimu demi apapun, dan tolong. Cintai aku dengan cara yang sama seperti aku mencintaimu.









"Arhana Alisi." Ucap Hana dengan memperkenalkan diri didepan kelasnya dengan wajah sedikit gugup.

Benar saja, dia tidak begitu bagus untuk menggunakan aksen bahasa Inggris. Mungkin saja, jika nilai kelulusannya tidak bisa dikatakan sempurna setidaknya dia bisa mengimbangi.

Dosen dan semua mahasiswa dan mahasiswa juga memberi respon anggukan kepala dan mempersilahkan Hana duduk dikursi paling belakang.

Hari yang panjang, dan masalah datang untuk kembali melengkapi takdir yang membuatnya semakin rumit.

"Apa kau dari Indonesia?" Bisik mahasiswi yang duduk didekatnya.

"Ya, ada masalah?" Balas Hana dengan kembali merespon seseorang yang akan kembali bertanya.

"Apa kau mampu membayar di Kampus ini, sepertinya kau bukan dari kalangan orang kaya." Memutar bola matanya malas adalah jalan pintas bagi Hana, matanya fokus pada penjelasan Dosen dan membiarkan mahasiswi dan mahasiswa lainnya mengecoh konsentrasi Hana.





"Saya yakin sekali, Kampus di Amerika tidak akan ada menerima mahasiwi jika dia bukan orang kaya."

"Benar, kalaupun prestasi. Mereka tidak akan pernah bisa menyewa Apartemen untuk tidur."

"Bukankan juga ada peraturan mahasasiswa ataupun mahasiswi tidak diperbolehkan bekerja paruh waktu."

"Wajahnya memang cantik, tapi dia sangat angkuh."




Sepanjang pelajaran, Hana sangat berusaha keras untuk menulikan pendengarannya. Memutar bola matanya malas, memasang wajah datar, dan tidak perduli.

Sangat sulit sebenarnya, tapi setidaknya. Dia tahu, kerasnya bersekolah di Negara orang dengan penyesuaian yang sangat sulit.

"Bagaimana mata kuliah pertamamu?" Tanya Aldi yang sedang menunggu Hana dengan berdiri menyandar pada dinding dekat pintu kelas pacarnya.

"Sangat buruk." Jawab Hana dengan sangat singkat dan jelas.

"Beradaptasi disini sangat sulit, dan masalahku sepertinya berada disitu." Sambungnya lagi, dia membalas gandengan tangan Aldi dan berjalan mengikuti Aldi mengajaknya entah kemana.

"Jadi mau jelasin sekarang, kenapa kamu sekarang bisa sampe disini. Dan satu harinya langsung bisa masuk ke Kampus ini?" Aldi meletakan semua pesanan keduanya dengan dibalas anggukan kepala Hana dengan santai.

Mengambil minum colla miliknya dan memakan makan siangnya dengan semangat.

"Dua minggu yang lalu aku wisuda." Mulai Hana yang justru membuat Aldi menghentikan aktifitasnya untuk mengambil makanan.

"Kenapa gak bilang?" Aldi bertanya dengan nada yang sulit sekali diartikan.

"Kamu gak tanya, dan buat apa aku ngasih tahu." Aldi terdiam, perasaannya berkecambuk tanpa disadarinya.

"Maaf."

"Aku tahu, sebagai pacar aku gak pernah perhatian sama kamu." Sambung Aldi lagi, Hana hanya melebarkan matanya sebentar dan kembali mengangguk.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang