13. PACAR PURA PURA

952 75 20
                                    


Target vote 37 dong😎

Mian, ya lama. Dan gue udah agak fit nih. Kalo nanti malem udah 37vote. Gue lanjut nulis dan up juga kok🙂😁

Gimana respon kalian? Apa ada yang pernah menebak alur ini👇

"Bal, jangan gila." Suara itu berasal dari Salsha yang masih mengamati perdebatan mereka berdua dan menghiraukan dua manusia lainnya.

Tania sedang menangis dikursinya, terlihat jelas jika airmatanya menetes tanpa ia minta.

Salsha tahu, jika Tania memang tidak bersalah. Yang bisa disalahkan hanya dibagian, saat Tania datang diwaktu yang tidak tepat. Dan takdir yang membuat mereka berdua 'antara Salsha dan Aldi' terpisahkan.

Tania datang diwaktu saat Aldi merasa butuh seseorang baru yang membuatnya nyaman, terlalu lama hidupnya hanya monoton dengan Salsha membuat Aldi malas.

Hari harinya hanya membatasi kehidupan Salsha, pergaulan Salsha, dan hidup Aldi hanya dengan Salsha.

Memang terlihat monoton, oleh karena itu mereka berdua merasa bosan, dan terlalu monoton. Salsha hanya harus mati matian menjauh dari Iqbal dengan alasan Aldi tidak menyukai Iqbal berdekat dengan Salsha yang sudah Aldi ucapkan terang terangan didepan semua murid sekolahnnya.

Namun, hanya itu. Memilikinya Aldi tidak berkeinginan, jadi bagian mana Salsha yang disalahkan.

Dan bagian mana, Aldi salah?

Mungkin, semuanya fine fine saja.

"Diem." Perintah Salsha pada Tania yang seperti orang pengecut, apa gunanya menangis jika dirinya sendiri tidak melakukan kesalahan?

"Lo nangis gak ada gunanya. Lo nangis kaya gini, memperkuat sama apa yang Iqbal omongin. Kalo lo gak merasa ini bukan kesalahan lo kenapa lo nangis? Cengeng!" Salsha mengucapkan itu secara terang terangan pada Tania.

Dan itu mengalihkan kontak mata antara Aldi dan Iqbal, menuanya menatap pada Salsha. Berharap Salsha akan membela keduanya.

"Sal." Panggil Aldi yang terlihat jika dia ingin dibela oleh Salsha. Bukankah sudah sangat lama Aldi menyakiti perasaan Salsha?

"Apa? Minta dibela? Bagian mana yang harus banget gue bela lo? Iqbal bener, lo emang ninggalin gue dan buat nunggu gue tiga jam ditaman kota, Iqbal juga bener. Saat lo tiba tiba pulang dan gue dianter Iqbal gue liat lo sama Tania dirumah seseorang, mungkin rumah Tania, dan dengan muka bahagia dan tampang blusing lo itu menandakan lo lagi jatuh cinta kan? Gue tahu semua perasaan lo kok, dan gue gak berusaha buat tameng buat lo bergaul."

"Coba inget lagi, siapa yang membatasi antara kita bergaul. Cuma lo, gue gak membatasi lo. Lo yang membatasi gue, dan lo juga yang buat gue gak punya pacar dengan alasan janji persahabatan kita kan? Makanya gue terima kak Rio. Gue nerima dia gak tanpa sebab, kalo gue nyaman sama dia, lo mau apa?" Tantang Salsha yang terlihat sedang mengeluarkan unek uneknya pada Aldi, dia juga melihat aldi yang menunduk merasa bersalah.

"Apa dengan lo nunduk dan merasa bersalah, rasa kecewa gue ilang? Lanjutin aja kalo dengan begitu gue bisa maafin lo dengan mudah, gue pulang bareng Bastian." Ucap Salsha yang tiba tiba melihat Bastian berdiri didepan pintu kelasnya dengan tatapan bingung.

Jelas, dia sedang berjalan akan pulang dengan Rio karna mereka bersua satu kelas. Dengan langkah keponya mereka berdua berdiri menguping didepan pintu terang terangan.

"Sal, gue mau klir in masalah kita, cuma lo yang salah paham." Ucap Aldi yang buka suara saat Salsha sudah menarik tasnya untuk ia sampirkan pada bahu kanannya.

"Bagian mana yang salah paham? Jelasin, jadi cowok jangan pengecut. Ngadepin sahabatnya sendiri aja diem, gimana kalo punya pacar. Lo mau dijadiin dia budak doang? Tai!" Maki Salsha yang kesal, wajahnya sudah sangat memerah dengan semua omongan Aldi yang membuatnya selalu salah.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang