53. ILUSI YANG TERBUNUH

491 43 9
                                    

ALHAN AREA!































































Aku bahagia denganmu, berjalan bersama, menjalani hari hari bersama denganmu dan tersenyum bahagia selamanya. Ah, maaf. Ternyata itu hanya keinginanku, yang hanya menjadi ilusi saja.










.
.
.
.

"Aldi?"

Yang merasa dipanggil hanya menatap Hana dalam, tidak mengatakan satu katapun sama sekali.

Posisi keduanya hanya sedang duduk dikursi, tepat dibawah malam terangnya bulan purnama yang akan terlihat sangat romantis, JIKA mereka SEPASANG KEKASIH.

"Kenapa ngajakin aku ke sini?"

Kembali, Hana seperti menjadi orang yang paling dominan. Sebenarnya awalnya Hana yang paling pasif, dia pemalu juga.

Tapi, waktu berjalan begitu cepat. Sampai, Aldi menyadari sesuatu.

Hana sudah menjadi Hana yang sesungguhnya, dia juga mulai menjadi cerewet.

Dan keadaan terbalik, membuat Aldi yang pasif. Sebenarnya tidak, hanya saja akhir akhir ini Aldi teringat apa yang diperdebatkan Bastian waktu itu.

'Salsha rela tersakiti.'

Banyak sekali percelotehan di kepala Aldi yang ingin dia muntahkan, apa yang dikatakan Bastian benar benar tidak bisa membuat Aldi tersadar sesuatu.

Dia salah, dan tidak mau mengakui kesalahannya.

Itu saja sebenarnya, tapi semua menjadi rumit karena dirinya sendiri. Bodoh!

"Gak papa, cuma mau duduk berdua disini. Katanya, taman ini cocok buat jalan jalan malem." Jawab Aldi yang membuat Hana tersenyum, dia merenggangkan semua ototnya pelan.

Bukannya tempat ini memang sudah sangat romantis, sangat romantis untuk ukuran Hana yang sama sekali tidak pernah dekat dengan siapapun.

"Besok Senin kan?" Aldi mengangguk, dia kembali menatap kosong kearah depan.

"Kenapa?" Tanya Hana lagi, Aldi hanya mengerutkan keningnya bingung, menatap Hana lebih dekat.

"Siapa?" Aldi bertanya dengan jarak yang lumayan dekat, menghembuskan nafasnya untuk saling bertukar.

"Kamu." Aldi menjauhkan jarak diantara keduanya, tangannya Aldi rangkulkan pda bahu Hana.

"Emang aku kenapa?" Aldi justru bertanya yang membuat Hana terdiam, membuat Hana sedikit menggigit bibir bagian dalamnya.

"Gak tahu."

"Tapi yang aku perhatiin, akhir akhir ini kamu lebih pendiam. Gak kaya biasanya aja, kita cuma jalan duduk diem, fokus makan, terus pulang. Gak ada pembicaraan hal serius, dan aku rasa hambar hambar aja. Gak ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu kan?" Aldi hanya mengangguk, dia menghela nafasnya sedikit.

"Gak kok, cuma sedikit pusing ngurus skripsi aja." Hana tersenyum, dia mengelus kepala Aldi lembut.

"Kamu ada masalah sama skripsi kamu? Mau aku bantu?" Tanya Hana dengan sangat pelan, dan jangan lupakan senyum tulus itu.

Aldi jadi gemas, dia menempelkan hidungnya pada Hana dengan sedikit terkekeh.

"Gak kok, lusa aku harus revisi lagi." Bibir Hana membentuk huruf 'O' besar dengan sedikit kekehan sebelumnya.

PLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang