Pt. 17

1.2K 145 16
                                    

Hueningkai sedang terduduk dikursi yang ruangan gelap. Penerangannya hanya lampu bohlam berwarna merah. Didepannya ada sebuah meja coklat yang kosong tanpa ada barang apapun yang ditaruh disitu.

Kecuali sebuah bingkai foto.

Foto itu menunjukkan sebuah keluarga kecil. Terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak laki-lakinya.

Tercetak sebuah senyuman dikedua sudut bibir Hueningkai.

"Ayah, Ibu, maafkan anakmu ini, karena sudah terjerat dalam kejahatan. Bahkan jeratan itu membujukku untuk balas dendam." Lirih Hueningkai sambil sesekali mengusap lembut bingkai itu.

"Aku tau ini salah. Tapi aku tidak akan membiarkan kematian kalian berdua sebagai hal yang sewajarnya." Ucap Hueningkai penuh tekad.

"Sedikit-sedikit aku akan membalas kematian kalian."

Hueningkai tersenyum simpul, "Kalian tenang saja. Aku punya teman kok. Aku tidak akan sendirian membalas dendamku."

"Laki-laki itu, yang sekarang adalah saudara tiriku, dia akan menemaniku. Kami berdua sama-sama terjerat dalam ego untuk balas dendam."

"Perlahan kisah pembalasan dendam ini akan bangkit." Setelah mengucapkan hal itu, Hueningkai menundukkan kepalanya.

"Tapi... Aku khawatir. Aku takut kalau kisah ini tidak akan bangkit. Karena... Aku... Mencintainya,"

Hueningkai memutar kembali memori otaknya tentang wajah seorang gadis. Rambutnya hitam panjang. Memilik sepasang mata bulat. Sikap kekanakan namun dewasa.

"Katakan padaku, Ayah, Ibu," Hueningkai memberi jeda sebentar, "Apa yang harus kulakukan? Bagaimana jika aku terjerat masalah cinta? Apa yang harus kulakukan?"

Hueningkai menghela napasnya. Namun tatapannya tidak beralih dari bingkai foto keluarganya.

"Sepertinya ini adalah cinta pertamaku, Yah." Ucap Hueningkai fokus pada gambar sang Ayah.

"Ayah pernah bilang padaku, kalau cinta pertama itu susah untuk dilupakan. Dan sekarang itu yang kurasakan."

"Dia pergi. Dan aku tidak bisa melupakannya." Hueningkai tertawa kecil, "Sepertinya aku juga mengalami cinta pandangan pertama."

"Aku benar-benar seperti orang bodoh. Aku sempat berfikir kalau kehadiran Taehyun dalam hidupku itu membawa pengaruh buruk. Dan aku sempat benci padanya. Aku juga sempat mencintai gadisnya sebelum ada gadis lain yang memasuki hatiku."

"Tapi, aku tersadar. Inilah takdirku. Inilah alur hidupku. Hidup bahagia tidak untuk selamanya. Manusia selalu ditakdirkan memiliki ujian yang berat. Agar Tuhan tau, sekuat apa manusia nya itu saat ujian itu berlangsung."

Hueningkai menghela napas lagi.

"Ibu pernah bilang, kita harus selalu kuat, meski ujian itu sangat berat."

"Katakan padaku Ibu, apa aku kuat? Apa aku bisa menjalani ujian ini?"

"Sepertinya Ibu selalu akan menjawab 'iya.  Karna aku tau, Ibu tidak mau anaknya bersedih, iyakan?" Tanyanya pada bingkai foto itu.

"Aku sempat ingin mengusir Taehyun dari kehidupanku, Bu. Tapi tidak jadi. Mengingat dia pernah menceritakan tentang masa lalunya yang kelam."

"Sekarang aku kasihan padanya. Dia sama sekali belum pernah merasakan kasih sayang orang tuanya. Bahkan saat dia menjadi saudara tiriku pun, dia belum sempat merasakan kasih sayang Ayah dan Ibu."

Baru saja Hueningkai ingin melanjutkan keluhannya, sebuah dering telpon mengurungkan niatnya.

"Halo?" Hueningkai menerima panggilan itu.

"Hueningkai," Diseberang sana, Taehyun sedang berjongkok menatap mayat tidak berdaya dibawahnya. Lumuran darah berada dimana-dimana.

"Oke, baiklah. Aku sudah paham. Kau habis bermain?" Tanya Hueningkai mengangkat sebelah alisnya. Meski tidak bisa dilihat oleh Taehyun.

"Tidak. Aku tidak melakukannya."

"Lalu apa?"

"Aku tidak tahu. Cepat kau kesini. Bantu aku membersihkannya."

"Hm? Tumben sekali, kau ingin membersihkannya?"

"Tidak usah banyak bicara. Cepat kesini saja."

"Yaaa,  baiklah-baiklah. Aku kesana."

Sambungan terputus. Sebelum beranjak, Hueningkai sekali lagi menatap bingkai foto itu dengan senyum tipis.

"Aku akan bercerita lagi nanti. Sampai jumpa, Ayah, Ibu. Dan... Hueningkai kecil"

Setelah itu Hueningkai pergi dari ruangan gelap itu. Menyusul Taehyun ke tujuan, sesuai dengan yang dikirimkan alamatnya oleh Taehyun.

************************************

Aku bakal jarang update kawan:'(

Hapeku rusak. Ini aja aku minjem hape kakakku.

Tapi aku bakal tetep targetin cerita ini untuk ditamatin sebelum aku ke semester 2.

Oke udah itu aja. Makasih yaa. Babayyy...

I Love You 3000 my readers ❤️

S(He) is Psycopath - Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang