pt. 57 : Sebuah kegagalan

854 123 19
                                    

"Kakak tampan mau bawa aku kemana?"

Taehyun tersenyum ketika anak kecil berusia 10 tahun itu bertanya. "Lihat saja nanti,"

Jiwoo menurut. Anak itu berjalan bersampingan dengan Taehyun. Sampai tiba-tiba Taehyun membawanya ke gang yang sangat sepi. Hal itu membuat Jiwoo mengernyit lucu.

"Eh? Kita kok kesini Kak?" Tanya Jiwoo heran.

Taehyun tersenyum miring, "Iya. Kau tunggu saja dirumah itu sampai tukang es krim nya datang."

Pandangan Jiwoo mengikuti telunjuk Taehyun yang mengarah pada rumah kosong, namun tidak begitu menakutkan jika anak kecil seperti Jiwoo masuk kesana.

"Kenapa harus kesana? Tidak bisakah kita membeli ke tempat es krimnya langsung?"

"Tidak, karena disana suasananya sangat cocok untuk bersantai sambil makan es krim." Sahut Taehyun.

"Eum, memang Kakak pernah kesana?" Tanya Jiwoo membuat Taehyun menggeram marah dalam hati.

Merasa kesal karena Jiwoo terus-terusan bertanya.

"Iya, aku pernah kesana, sekarang kau kesana saja." Perintah Taehyun yang langsung dituruti oleh Jiwoo.

Anak itu berjalan ke rumah kosong itu dengan hati-hati. Sesekali ia menoleh kebelakang, menatap Taehyun. Dan Taehyun merespon itu, ia memberi kode pada Jiwoo agar cepat-cepat masuk kedalam rumah itu.

Disinilah Jiwoo sekarang. Berada didepan halaman rumah itu. Menatap rumah itu dengan bibir yang terulum. Rumahnya berdominan warna hijau muda. Jendelanya tertutup rapat oleh tirai dari dalam.

Taehyun yang berdiri tak jauh darinya memberikan smirknya. Dalam hati ia membatin.

Cepat masuk anak kecil. Sebentar lagi duniamu bukanlah dibumi.

Jiwoo menoleh kebelakang, menatap Taehyun. Tapi Taehyun memberikan senyuman padanya, seolah itu adalah penenang. Agar Jiwoo masuk kesana dengan tenang.

Jiwoo meneguk ludahnya. Perlahan kakinya mulai melangkah masuk kedalam rumah itu.

Bunyi kriet terdengar jelas menggema ke seluruh ruangan karena pintunya sudah tua.

Jiwoo pun masuk kedalamnya. Hingga ia tersentak ketika pintu dengan sendirinya tertutup dan terkunci.

Melihat itu Jiwoo panik dan langsung menggedor-gedor pintu. "Kakak! Buka! Kak!"

Jiwoo mulai meneteskan air matanya tapi dia tidak menangis jejeritan. "Ibu! Kakak cengeng! Ayah! Siapapun tolong bukakan pintu ini!"

Jiwoo pun berbalik, menatap keliling ruangan yang terlihat gelap. Tapi ada sedikit pencahayaan dari lampu bohlam kecil berwarna jingga.

Kakinya pun perlahan melangkah ke depan. Hingga langkah yang kelima belas, tiba-tiba saja dia terjatuh. Seolah dilantai ada lubangnya.

Jiwoo memekik ketika dirinya terjatuh ke tanah. Dia langsung bangkit dan menepuk-nepuk telapak tangannya yang terlihat kotor karena tanah.

"Ruangan apa ini? Aku dimana? Kenapa ini lebih gelap dari yang tadi?" Jiwoo bertanya-tanya sendiri.

"Toloooongg!!"

"Tolongg akuu!"

"Ayah Ibu!"

"Kakak cengeng!"

Jiwoo terus berteriak hingga ia terbatuk-batuk. Entah kenapa udara disini menipis. Membuatnya kesusahan bernafas.

Jiwoo terus batuk-batuk. Tenggorokannya benar-benar tidak bisa menyerap oksigen. Nafasnya tersedat-sedat.

Hingga akhirnya Jiwoo terjatuh lemas, dengan lutut yang menjadi tumpuannya.

"Uhuk-uhuk-uhuk! A---yahh... Tolong a-aku... Ibu..."

Rasanya Jiwoo seperti mati rasa. Tidak ada oksigen. Tapi Jiwoo melihat ada gas oksigen disudut ruangan bawah tanah ini.

Jiwoo ingin meraih benda itu tapi kakinya cukup lemas untuk berrjalan, bahkan berdiri saja ia tak sanggup.

Terhitung beberapa detik kemudian, Jiwoo ambruk dengan mata yang tertutup. Nafasnya masih tersedat-sedat.

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi Jiwoo merasa saat ia membuka mata nanti, Jiwoo sudah tidak bisa melihat Ayah dan Ibunya.

Bahkan orang asing yang sudah dia anggap Kakak baginya juga.

Kakak Cengengnya.

***

Taehyun terus mengembangkan senyum lebarnya. Sambil menatap rumah berdominan warna hijau muda itu.

"Aku ingin melukai seseorang, tapi aku malas memegang pisau. Jadi aku membawa kedalam ruangan tak beroksigen saja itu sudah cukup menyenangkan bagiku." Ucap Taehyun merasa bangga.

Awalnya ia ingin melangkahkan kaki masuk kedalam rumah itu. Untuk mengecek, apakah Jiwoo sudah mati atau belum.

Namun, suara deringan handphone membuatnya terhenti. Taehyun merogoh sakunya. Dan melihat siapa yang sedang menelponnya diwaktu yang seperti ini.

Sudut bibir Taehyun terangkat keatas ketika ia membaca nama kontak yang menelponnya.

"Apa kau merindukanku, gadisku?" Racau Taehyun sambil tersenyum.

Laki-laki itu kemudian tak jadi mengecek kedalam rumah kosong itu. Ia lebih memilih mengangkat panggilan yang menurutnya lebih penting dari apapun didunia ini.

Kakinya pun melangkah keluar dari gang rawan ini. Membuat seseorang yang bersembunyi di tempat tak terduga menatap Taehyun penuh kebencian.

"Keparat kau, Kang Taehyun!" Desisnya yang langsung melangkahkan kakinya menuju rumah itu.

***

"Ada apa, sayang?"

Taehyun sedang berada didepan gang dengan sebuah benda pipih menempel di telinganya.

Terdengar decakan dari seberang sana, "Aku mau es krim,"

Taehyun terkekeh, "Iya, nanti aku kirimkan untukmu."

"Sekarang,"

"Iya, nanti. Aku sedang ada urusan."

Gadis ditelpon itu berdecak lagi, "Sekarang!"

"Iya, iya, aku akan datang secepatnya."

Taehyun mengakhiri panggilan itu. Laki-laki itu memasukkan kembali handphonenya kedalam saku.

Lalu kembali berjalan masuk kedalam rumah kosong itu.

Namun betapa terkejutnya dia tidak mendapati siapa-siapa didalam sana.

"Kemana anak itu?" Tanya Taehyun yang langsung tertelan oleh angin.

Kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan Jiwoo diruang bawah tanah ini. Namun tidak ada siapa-siapa. Sebab ruangan ini hanyalah ruangan berbentuk persegi yang kosong dan polos tanpa ada benda apapun yang menghiasi.

Hanya ada gas oksigen yang Taehyun taruh disudut ruangan itu.

Tangan Taehyun pun bergerak dengan keras menonjok dinding yang berada disebelah kanannya.

"Sialan! Siapa yang berani menolongnya?"

************************************

Siapa sih yang nolongin Jiwoo?

Salam manis,
AFR❤

S(He) is Psycopath - Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang