Kai dan Hono setelah perjalanan berkuda secara diam-diam sampai di Yamanashi dan berbaur dengan warga sekitar.
Kedua orang itu terkejut dengan kondisi bekas Ibukota Keyaki yang sangat berbeda.
"bendera-bendera itu...bendera Hinata kan?" tanya Hono pada Kai, pemuda itu mengangguk.
"kita harus cepat dan kembali ke Kansai, ayo"
Kedua orang itu akhirnya tiba di bekas Kastil kerajaan dan nafas mereka tercekat saat mendapati Kastil megah itu kini sudah menjadi abu.
"benar-benar, terbakar habis" gumam Hono.
Bau tidak enak cukup mengganggu mereka dan saat itu lah mereka sadar, di reruntuhan kastil itu masih ada sisa-sisa mayat-mayat prajurit yang terbakar hidup-hidup.
Sebagian besar mayat-mayat itu memakai lambang Akihabara dan Hinata, dan hanya segelintir yang memakai lambang Keyaki.
"mereka mengorbankan diri untuk mencegah musuh keluar dari kastil" ujar Kai mengamati semua tempat. Hingga Hono menemukan sesuatu.
"Kai..itu.."
Mereka mendekat dan melihat dua buah senjata yang menancap di bekas lantai tatami, Senjata itu adalah Tonbo giri milik Habu dan Jumonji Yari milik Sugai.
"sukar di percaya, senjata-senjata ini masih utuh dan bahkan masih bagus meski terbakar"
"karena kualitas nya tinggi kurasa...tapi tunggu Kai....jika kedua senjata ini ada disini...maka.....bukankah seharusnya....Sugai-sama dan Jenderal Habu juga...."
Hono dan Kai melihat sekeliling dan memeriksa lantai dan sebagainya, tapi tidak ada...mereka tidak menemukan ada tanda atau jejak jenasah seseorang didekat senjata-senjata itu bahkan dari mayat-mayat yang terbakar tidak ada yang memakai corak zirah milik Sugai atau Habu...
"Kai...a-apakah mungkin...."
"a-aku tidak tahu, ki-kita tidak bisa memutuskan, sebaiknya kita segera menyelesaikan tugas dan kembali"
"baik"
Kai dan Hono segera mengambil kedua senjata itu dan membungkusnya dengan kain sebelum mengikatnya ke tubuh mereka dan segera pergi dari sana.
Di Shiga sendiri kini dilaksanakan upacara pemakaman untuk Hirate Yurio yang baru saja meninggal, Putri Yumiko tidak bisa menghadiri karena masih sakit sehingga upacara di pimpin oleh Risao.
Kobayashi yang baru datang dari Kyoto pun menghadiri upacara pemakaman itu.
Ten sebagai adik Hirate sekaligus orang terakhir yang bersama Hirate, terus berdiam diri.
Bahkan setelah Hirate dimakamkan, Ten tidak kunjung pergi dan langsung duduk didepan makam itu tanpa bicara
Ten tidak menangis, atau lebih tepatnya dia sudah lelah untuk menangis sejak sang kakak meninggal di pelukannya.
Ten tidak sendiri, ada Neru yang juga terguncang, dan menolak meninggalkan makam jika saja tidak diminta oleh Risao yang khawatir karena gadis itu berkali-kali hampir pingsan.
Ten kembali menatap ke batu nisan Hirate dan di dekatnya ada pedang milik Hirate, Black blade.
Ten teringat dengan perkataan Hirate bahwa ia memberikan pedang itu untuk sang adik..
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] (Indo) Legend of 4 Kingdoms
FanfictionKeyakizaka, Nogizaka, Hinatazaka dan Akihabara 4 kerajaan bersaing memperebutkan hak kekuasaan seluruh negeri. pertumpahan darah tidak terelakkan. namun apakah semua itu layak dilakukan? dan bagaimana akhirnya? inspired by : (mostly) Three kingdom...