SBU-81

16 8 0
                                    

HAI HAII HAII
KEMBALI LAGI SAMA AUTHOR YANG CETAR MEMBAHANA, DENGAN CITA CITA GLOWING, SHINING, LANGSING, TAJIR TAPI KERJAANNYA MAKAN, TIDUR, MAKAN TIDUR. YUHUUUU......

APA KABAR NIEE?

MASIH NUNGGUIN NI CERITA?
MASIH BACA NI CERITA?
OMAYGAT TERHARU SAYA TERHARU...

SEKIAN TERIMAGAJIH.















***

Bosan sekali!

Bayangkan, menjadi kacang dengan badan lengket dan mata ngantuk yang harus terus saja duduk menjaga image selama 30 menit.

Itu yang Almira rasakan. Memaksakan gengsi dengan embel-embel menepati janji pulang bareng dengan Sakti, Almira malah dibuat menunggu karena Sakti yang asyik mengobrol dengan teman-temannya.

"Loh, belum pulang?" Sapaan itu mengejutkan Almira.

"Eh iya."

"Nungguin Sakti pasti. Sakti!"

"Engga usah dipanggil. Biarin aja dulu. Gue santai ko." Jawab Almira munafik.

"Oooh. Yaudah gue masuk ya!"

Almira menopang dagunya dengan tangan kiri. Sementara tangannya yang lain mengaduk-aduk balok es batu kecil sisa minuman yang ia pesan tadi.

Tau akan berakhir seperti ini, mungkin Almira akan mengundur rencananya menjadi besok saja. Jangan sekarang.

"Woy! Ayo balik!" Seru Sakti yang langsung ditanggapi dengan senyuman ceria Almira.

"Ayo!" Serunya. Namun langkahnya terhenti saat melihat Sakti yang sudah siap memanaskan motornya dengan helm di kepalanya. Tanpa memberikan Almira helm juga.

"Ko bengong?"

"Itu. Helmnya mana?" Beo Almira.

Sakti tertawa ngakak. "Sorry lupa. Jal! Lemparin helm!" Dan satu detik ia selesai berbicara, helm kuning bergambar minions sudah ada di genggamannya.

"Nih." Ucap Sakti memberikan helm itu. Sementara Almira menahan senyumnya. Sekian banyaknya murid berangasan disini, masih ada yang memakai helm selucu itu?

"Kesayangan si Fadil." Ucap Sakti tanpa sempat memberi Almira jeda waktu untuk bertanya.

Menaiki motor itu, jantung Almira benar-benar terasa berhenti. Bukan karena gugup. Tapi karena Sakti yang tak berakhlak itu langsung saja tancap gas, membelah jalanan kota yang cukup ramai. Meleok kesana-kemari dengan lihai. Menghantam paksa lampu hijau yang durasinya hanya 1 detik lagi, bahkan menerobos rel kereta yang tiang pembatasnya, sebentar lagi menutup.

Almira komat-kamit sendiri. Berasa seperti dibonceng oleh manusia yang sedang kerasukan. Bahkan lebih dari kerasukan. Mungkin saja orang yang memboncengnya ini merupakaan jelmaan setan yang sesungguhnya.

Mencoba berteriak beberapa kali, namun malah seperti supporter di telinga Sakti yang semakin gencar saja menggas pol motornya. Hingga berhenti juga saat punggungnya dihadiahi bogeman dari Almira.

Turun dari motor terkutuk itu, Almira langsung memuntahkan semua isi perutnya.

"Cepet banget ya?"

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang