SBU-5

113 21 3
                                    

Hari ini bukan hari yang biasa.

Kenapa?

Bukan. Bukan karena MOS masih berjalan.

Tapi karena sebaliknya. CASIS CASIS yang sudah diproses dalam MOS, kini resmi menjadi siswa SMA Bugenfil. Mereka tampak berbeda karena telah menggunakan baju putih abunya. Dengan lengkap,rapih,bersih dan plus atribut. Membuat yang melihatnya tampak tepana. Mungkin, karena baru memakainya. Lama kelamaan, mereka akan mulai berani tidak memakai atribut, mengeluarkan bajunya, membuka kancingnya. Buktinya, banyak toh kaka kelas yang seragamnya sudah tidak karuan.

Mungkin, hanya beberapa sosok kaka kelas yang masih betah menggunakan seragam plus atribut lengkapnya. Hanya anak anak rajin dan beberapa pengurus OSIS. Sisanya? Sudah tak dapat terdefinisikan.

"Woyyyyy! Ngelamun aja! Mikirin apa sih?" Syahla terlonjak kaget ketika menjumpai seseorang yang menepuk bahunya sambil tertawa. Sosok bobrok, brandal, berotak cerdas yang bisa dibilang sudah lama ia cintai. Sejak beberapa tahun yang lalu.

"Bangke. Gue kaget tau!" Tegur Syahla kesal.

"Huahahahah gue sengaja bikin lo kaget. Rame aja!" Seru Ferro senang. Syahla tersenyum malas sambil mendelikan matanya. Padahal di dalam hatinya sedang ada gunung meletus.

"Tadi malem gue ke rumah lo!" Ucap Ferro.

"Hah? Ngapaiin?" Tanya Syahla. Hatinya masih berdegup kencang.

"Gabut aja.Si Langit pergi soalnya." Jawab Ferro tanpa beban. Berbeda dengan Syahla yang kini sedang menahan batinnya agar tidak berteriak.

"Oh." Syahla menanggapi pelan.

"Eh lo masih ngurusin mading?" Tanya Ferro menatap lurus lapangan. Sepertinya ia bingung mencari topik.

Syahla mengangguk cepat. "Iya. Katanya buat nyambut siswa baru itu, tema mading harus berkaitan sama eskul eskul disini. Dan setelah di undi, basket duluan yang ditampilin." Jawab Syahla.

Ferro menatapnya. "Basket? Yaudah bikinnya di lapangan sebelah rumah si Langit aja yu! Sekalian gue mau main basket disana. Jadi lo bisa nanya nanya ke gue." Seru Ferro.

Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan!

"Boleeeeh." Jawab Syahla gugup. Jantungnya sudah tranpolin di dalamnya. Mulutnya tak henti hentinya mengukir senyum senang. Ini pertama kalinya sejak memasuki SMA, Ferro kembali mengajaknya ke lapangan basket itu.

"Sekalian ajak Langit." Tambah Ferro.

JEGEEEEEER!

Seolah ada petir yang menyambar jantung Syahla hingga berhenti bermain tranpolin. Apa? Langit? Bertiga dong?

Syahla hanya mengangguk setuju.

***

"Ka Almira!" Seru Alfa menghampiri Almira yang sedang sendirian melamun di rooftop.

Almira menoleh ke belakang. "Ya?" Tanyanya tanpa sedikitpun niat untuk menjawab.

"Ngapain disini?" Tanya Alfa basa basi.

"Nggak ngapa ngapain. Ini mau pulang." Jawab Almira melangkahkan kakinya untuk menjauh dari sana.

"Besok pulangnya main yuu." Seru Alfa.

"Maaf saya ada rapat OSIS." Jawab Almira singkat kemudian melanjutkan langkahnya. Namun, Alfa dengan sigap berlari ke arahnya dan merentangkan tangannya tepat di depan Almira.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang