SBU-73

50 11 4
                                    


***

Hari hari berlalu cepat. Hingga apa yang terjadi kadang berlalu seperti sekejap mata mengedip. Kadang ada yang menganggapnya begitu lama karena menanti sedang menanti sesuatu atau merasakan lara. Ada pula yang menganggap semuanya berlalu sangat cepat karena begitu menikmati hidupnya.

Sudah tidak terasa pula, semester satu sudah berlalu. Libur awal tahun sudah dimulai. Dan malam yang ditunggu oleh sebagian besar orang pun datang juga.

Malam tahun baru.

Pergantian tahun yang lalu dengan yang baru biasanya dirayakan dengan ramai atau sendiri sudah seperti tradisi. Tergantung dari orang-orang menyikapinya saja.

Namun kadang, adapula yang sibuk menyendiri atau tidur dan tak peduli dengan dunia luar. Seperti halnya Almira yang kini tengah menatap langit dengan tatapan kosong. Hari ini sangat sulit baginya.

Tahun sebelumnya, Starlla, Syahla, dan Reina akan merayakan malam tahun baru di rumahnya. Mereka akan membakar jagung, ayam, dan sosis. Mendirikan tenda. Mengganggu Bang Alji, ataupun Adisti. Begadang sambil melakukan chalange-chalange lucu. Melakukan hal-hal konyol. Dan banyak lagi.

Lalu di pagi harinya, saat semuanya tengah tertidur pulas karena ngantuk terjaga semalaman, Langit akan datang diam-diam, menegurnya karena begadang sambil memberikan setangkai bunga yang Langit petik langsung dari kebun neneknya di puncak.

Namun kini semuanya begitu berbeda. Ayah dan Ibu harus pergi ke acara pameran tunggal Adisti yang kebetulan diadakan sambil merayakan malam tahun baru karena temanya adalah tahun baru. Bang Alji pergi dengan teman-teman SMAnya sekaligus mengadakan reuni. Starlla, sudah mempunyai rencana sendiri. Syahla? Ia juga sudah ada janji untuk pergi dengan Fadil. Sementara Reina tentu saja dengan Ferro. Anak itu menghabiskan waktu liburannya di Bandung.

Beginikah nasib menjadi jomblo?

Almira jadi miris sendiri. Ia sangat ingat percakapan terakhirnya dengan Langit adalah saat dimana ia menemuinya di parkiran saat itu. Nampaknya, Langit memang begitu mudah untuk melupakannya.

PRANG!

Almira terkejut mendengar suara benda jatuh. Ia sedang di teras sendirian sekarang. Enggan memasuki rumah karena takut, Almira memilih untuk keluar saja. Tidak peduli kemana dan dengan siapapun ia akan menyaksikan pergantian malam tahun ini, yang jelas Almira juga bisa merayakannya. Walaupun tidak lagi dengan orang-orang terdekatnya.

Ia berjalan lunglai menuju jalan Braga. Tempat itu sudah dipenuhi begitu banyak orang. Lebih tepatnya pasangan. Sementara Almira hanya berjalan sendiri dengan kepala yang tertutup tudung hoodienya.

"Eh Almira?" Sapaan itu membuat Almira mendongak. Abel. Abel tengah berdiri di depannya dengan senyum begitu manis. Tangan kananya memegang segelas kopi panas yang mungkin baru saja ia beli dari kedai kopi dekat sana.

"Eh, lo." Jawab Almira kaku. Ia sedang tidak ingin berbasa-basi dengan siapapun sekarang. Apalagi Abel. Walaupun permintaan maaf Abel memang benar terbukti. Eskul TIK tak lagi membuat gosip aneh dan menyebarkan masalah pribadi. Tapi tetap saja Almira masih kesal. Mentang-mentang Almira sudah putus dengan Langit, Abel malah semakin gencar mendekati sang mantan itu.

"Sendirian aja?" Tanya Abel lagi. Almira seperti ingin mencakar mulut Absl sekarang. Pertanyaan yang sangat membuatnya kesal.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang