SBU-71

50 9 6
                                    

***

"Yah Fadil hujaaan! Masuk dulu aja yu!" Seru Syahla saat Fadil mengantarnya pulang. Namun tepat saat tiba di depan rumahnya, hujan turun begitu saja. Fadil tersentak menatap langit yang perlahan menurunkan butir-butir air hujan lalu perlahan menjadi banyak. Bahkan seperti menyerangnya.

"Yudah ayo!" Seru Fadil. Syahla membuka pintu pagar rumahnya sedikit lebih lebar agar memudahkan Fadil untuk memasukan motornya ke halaman. "Cepetan! Lo basah tuh!" Pekik Syahla. Fadil menatap dirinya sendiri yang benar saja. Ia sudah cukup basah. Syahla berlari memasuki rumahnya, mengambil selimut kecil dan syal.

"Nih pake ini dulu aja!" Ucap Syahla memberikan selimut dan syal yang diambilnya tadi. Fadil mendongak sambil menerima selimut dan syal itu. Lalu memakainya.

"Sorry ya. Ga diajak masuk. Nggak ada siapa-siapa soalnya." Syahla berkata sambil menyodorkan segelas susu hangat.

"Santay aja kali. Enak ko disini. Hujan bikin tenang." Jawab Fadil. Syahla terdiam. Perkataan Fadil benar. Hujan memang menenangkan.

"Iya. Hujan emang nenangin. Banyak kenangannya lagi." Gumam Syahla yang tentunya dapat didengar oleh Fadil. Fadil hanya merapatkan mulutnya sambil menatap Syahla kesal.

"Mulai mulai!" Seru Fadil. Syahla tertawa.

"Udahlah! Nggak usah diinget-inget lagi. Mending hujan-hujanan yu sama gue. Biar nanti kalo hujan lo ingetnya gue! Bukan yang lain!" Seru Fadil yang tanpa persetujuan Syahla langsung menarik tangannya menuju halaman. Syahla tersentak sekaligus senang saat Fadil menariknya begitu saja. Mereka melompat-lompat saling menciprat-cipratkan air ke wajah. Syahla sangat senang. Ini hiburan baginya. Meski terkesan jahat, namun Syahla bisa melupakan Ferro dengan terus bersama Fadil. Walaupun memang hanya sahabat. Tapi Syahla memendam jelas semuanya. Ia tidak ingin merasakan bestfriend zone untuk kedua kalinya.

"Fadil! Jangan keras-keras kena mata tau!"

"Ooh maap-maap! Mana yang sakit? Mana?"

"Tapi boong!" Seru Syahla melompat kearah kubangan air di depan Fadil. Membuat Fadil benar-benar basah dari ujung keujung. Syahla tertawa puas melihat reaksi Fadil. Sementara Fadil yang sama sekali tidak merasa kesal, mengejar Syahla untuk membalasnya.

Katanya bukan pacaran. Guman Ferro yang sedari tadi menyaksikan pemandangan itu dari balkon rumah Langit. Semenjak tadi, ia terus menunggu Syahla pulang disana. Ia berniat akan mengajak Syahla bermain basket di lapangan lalu malamnya ke rumah Reina. Namun melihat seorang cowok yang mengantar Syahla membuat Ferro mengurungkan niatnya untuk segera menemui Syahla. Ia terus saja menatap keduanya dengan perasaan yang resah. Sangat resah. Ia tidak nyaman dengan pemandangan itu. Namun matanya memilih untuk terus melihatnya.

"Lo disini sendirian biarin?" Seru Langit yang menyusulnya ke balkon. Ferro menatapnya untuk meminta penjelasan.

"Gue mau nganterin si Abel dulu! Gabaik sampe sore dia disini. Lagian nyokap gue juga nggak terlalu suka kalo gue bawa cewek yang nggak dikenalnya." Terang Langit. Ferro menatap Langit dan hujan bergantian.

"Hujan-hujan gini?" Beo Ferrro.

"Mau hujan panas badai kiamat juga sekalian. Gue bakal suruh dia pulang sekarang. Lagian gue nganter pake mobil ko." Jawab Langit lagi. Ferro mengangguk saja. Lalu kembali menatap kearah halaman rumah Syahla.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang