SBU 101

5 4 3
                                    

Mangat.
Menuju ending nich






Suasana pemakaman yang diiringi tangis itu perlahan menyepi. Batu nisan bertuliskan Fadil Risqullah nampak berdiri kokoh diatas gundukan tanah besar yang dipenuhi oleh bunga-bunga cantik. Alfa, Sakti, Alvin, semua teman Fadil masih berdiri disana. Sekalipun palayat lain sudah pulang. Mereka masih setia berdiri disana.

Kanan kiri makam Fadil terdapat Sakti dan Alfa yang sama-sama memakai baju pink. Janji candaan mereka dulu. Juga Alfa yang memborong habis toko bunga untuk disimpan disana, di sekitaran makam Fadil.

Ibu Fadil masih histeris. Meskipun sudah berusaha menerima semuanya, ia malah jatuh sakit. Mengharuskannya terpaksa untuk tidak mengantar Fadil ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Sementara Syahla. Pingsan di awal jenazah Fadil dikubur, sehingga tiga temannya membawanya menuju tempat terdekat untuk ditenangkan.

"Gue ga nyangka, kemaren jadi hari terakhir gue ketemu sama dia."

"Hmm umur gaada yang tau."

"Fa. Lo inget? Kemaren waktu neraktir gue, si Fadil bilang mungkin itu pertama dan terakhir kalinya dia neraktir. Gue ga peka itu pertanda. Dia udah pamit dari awal!" Sakti terkekeh hambar. Dengan tatapan kosongnya.

"Dia juga bilang. Kesel ditinggalin mulu. Terus dia bilang dia mau pergi, biar kita ngerasain kangen. Ternyata beneran anjir. Dia pergi. Selamanya bro. Dia hukum kita kaya gini. Dia berhasil bikin kita ngerasain rasanya ditinggal." Racau Alfa tak kalah hambarnya.

"Dia udah pamit duluan. Harusnya kita peka."

"Kita egois. Harusnya kita dengerin dia. Kalo gue tau itu saat terakhirnya, demi apapun gue bakal terus bareng dia."

"Kalo umur manusia bisa ditebak kapan aja. Sama siapa aja. Nggak akan ada yang namanya sedih saat kehilangan. Ikhlas gays. Fadil ngetawain ko berdua!" Jelas Alvin bijak. Semuanya mengangguk setuju.

"Yaudah. Ga baik kelamaan di makam. Mending pulang. Lo berdua juga butuh istirahat."

"Kalo bisa, mungkin gue pengin istirahat selamanya kaya Fadil."

"Hush ngaco lo! Udah ayo!"

Satu persatu orang itu mulai pergi. Hingga makam Fadil benar-benar sepi. Tanpa siapapun disana.

Hingga perlahan langkah seseorang dengan pakaian serba hitam mendekat. Menaburi bunga-bunga di makam itu.

"Ternyata beneran. Lo minta gue selalu temuin lo sekalipun lo udah nggak ada kaya gini! Kacau lo!" Randy berguman pelan. "Gue duluan! Mungkin ga bisa sering nengokin lo disini."

"Selamat jalan bro! Makasih buat semuanya." Tersenyum miris menatap nisan itu. Sebelum akhirnya pergi dari sana.

***

Alfa terjaga dalam sunyi malamnya. Hari ini, entah rencana darimana, ia, Sakti, Alvin, juga teman-teman lainnya berencana untuk tidak pulang. Mereka sama-sama berkumpul di warung faforit mereka. Berbincang saling menguatkan satu sama lain.

Hari ini sudah larut. Bahkan mencapai dini hari. Namun tidak membuat mata Alfa terkantuk sekalipun semenjak kemarin, ia belum juga tertidur. Bayangannya akan Fadil. Teman seperjuangannya yang perlahan hilang tidak bisa ia hempas begitu saja. Hatinya masih merasakan sakit disana. Balas dendam Fadil memang terlalu berlebih.

Di sampingnya, juga entah dorongan darimana, Starlla ikut diam disana. Awalnya Starlla yang menginap di rumah Syahla bersama teman-temannya yang lain, hanya datang untuk mengantarkan makanan pada Alfa. Namun, melihat kondisi Alfa yang jauh dari kata baik, membuatnya memilih diam disana sebentar. Yang berujung kemalaman.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang