Extra Part Untuk Starlla Halizatunnisa

8 3 3
                                    

Teman

***

Pernah mendengar kata teman?
Ya, itu kata yang sungguh sering diucapkan oleh beberapa manusia bahkan diri kita sendiri.

Teman. Identik dengan kata "menemani". Jadi, apakah orang yang memang hakikatnya menemani kita di dalam hidup, bisa kita panggil dengan sebutan teman?

Bagaimana jika yang kalian rasakan adalah memiliki rasa yang berlebih kepada seorang "teman" ?. Tentunya bukan perasaan sayang sekedar sayang, peduli sekedar peduli. Tapi jauh ke dalam sana. Bahkan mungkin, melibatkan sesuatu yang tidak seharusnya dilibatkan, seperti hati.

Starlla merasakannya. Tahun ini, tahun ke empat ia mendalami ilmu rekayasa biologi yang sempat diminatinya, namun dominan memuakkan. Ekspetasinya akan dunia perkuliahan melenceng jauh, ya walaupun tidak sejauh itu. Tidak ada drama, ataupun hal-hal yang ia rasakan seperti masa putih abunya. Dalam dua puluh empat jam perharinya, yang Starlla tau, hanya belajar, dan beristirahat. Tidak lebih.

Ia banyak diam. Berteman dengan siapapun yang menghampirinya. Sekalipun yang menghampirinya hanyalah orang-orang yang memang sedang butuh-butuhnya.

Starlla tidak terlibat circle. Baginya sudah terlalu tua untuk bergabung, berkelompok, dan seperti masa putih abunya.

"Gimana skripsian lo Star? Ada yang susah ga?" Ginting namanya. Cowok berkulit sawo matang dengan rambut menjuntai ke atas seperti brokoli menghampirinya. Mungkin dari sekian banyaknya manusia yang ia temukan di hidupnya yang sekarang berumur dua puluh satu tahun ini, hanya Ginting yang bisa ia anggap teman. Sisanya? Berlalu lalang seperti kabut.

"Udah beres ko. Tinggal nunggu tanggal sidang." Jawab Starlla. Ogah-ogahan seperti biasa.

Ia berjalan cepat dari kursi taman kampusnya itu. Jujur saja, sebenarnya Starlla enggan menjadi pembicaraan orang lain tentang hubungannya dengan Ginting, yang jelas dan sudah sangat jelas,mereka hanya sebatas teman.

"Starlla, anjir kebiasaan. Lo kenapa sih jadi ngehindarin gue?"

"Gue nggak ngehindarin lo."

"Bohong! Nih gue perhatiin seminggu ini lo pasti langsung pergi kalo ada gue. Kenapa?".

Ck. Starlla berdecak kesal. "Gue nggak ngehindarin lo. Gue cuman sibuk aja."

Ginting tersenyum menyerah. Membiarkan Starlla, orang yang ia kagumi selama beberapa semester mereka bersama itu menjauh darisana.

***

"Starlla." Panggilan itu membuyarkan lamunan Starlla. Membuatnya berpaling menatap Alfa sebentar. Di tangan kanannya ada buket bunga mawar biru. Starlla melengoskan senyum.

Sepertinya sudah menjadi kebiasaan baru Alfa, untuk memberikan Starlla bunga dalam setiap bulannya.

"Lembur lagi?" Tanya Starlla. Membukakan pintu pagar putihnya agar Alfa bisa memasukkan motornya.

"Heem." Jawab Alfa yang nampak lelah, lalu mendudukan dirinya di kursi halaman rumah Starlla, sembari menyimpan bunganya di meja.  Ia benar-benar lelah. Memilih untuk bekerja saat lulus SMA, memang bukan hal yang bisa disetujui dengan mudah oleh orang tuanya, termasuk Starlla. Namun dengan keyakinannya, akhirnya Alfa bisa membuktikan bahwa dirinya bisa bekerja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang