SBU 99

3 3 5
                                    

Selamat disiyang.
Disayang maksudnya.
Ayangnya apa kabar nich?









***

Reina tersenyum lega. Setelah pemandangan mengharukan yang ia saksikan barusan, rasanya sekarang Reina menjadi orang paling tegar di dunia. Ditatapnya pesawat yang membawa Ferro terbang tinggi, dengan senyuman hangatnya.

"Lo hebat. Lo kuat." Puji Starlla di sebelahnya. Reina tersenyum bangga.

"Teraktir gue ice cream dong!"

"Anjir rugi gue."

***

Almira membuang nafas lega. Seharian ini di sekolah, ia mencari seorang Sakti kemana-mana. Dan akhirnya, ia berhasil menemukan Sakti di pakiran sekolah. Untung saja Almira memilih untuk tidak ikut Reina dan Starlla ke bandara.

"Sakti!" Panggilnya setengah berlari menghampiri Sakti. Dan disana. Sakti membuka kembali helmnya sembari terududuk di motornya, menunggu Almira sampai padanya.

"Ih lo! Kemana aja sih? Gue cariin! Ada yang mau gue omongin." Seru Almira cepat. Begitu sampai tepat di depan Sakti.

"Sama. Gue juga mau ngomong."

Almira melengkungkan senyumannya. "Gue mau minta maaf untuk hari itu. Gue udah nuduh lo asal-asalan. Gue bener-bener minta maaf."

Sakti tersenyum tegar. "Gue maafin."

"Dengan satu syarat." Tambahnya.

Almira mendongak. "Apa?"

"Putusin gue."

"Hah?" Almira mengerutkan keningnya. Apa-apaan Sakti ini? Almira tau sikapnya memang sangat keterlaluan akhir-akhir ini, namun itu bukan alasan yang bisa Almira terima jika Sakti memintanya begitu.

"Maksud lo apa?" Almira meneguk ludahnya susah payah. Wajahnya dipenuhi kebingungan apalagi setelah Sakti yang kembali memakai helmnya.

"Almira. Gue ga bisa mutusin lo tolol. Tapi gue ga bisa jalanin hubungan kaya gini! Jadi gue minta lo. Putusin gue sekarang."

"Nggak mau. Apaan sih? Lo tuh nyebelin banget. Ga jelas. Kita belum lama jalanin hubungan Sakti. Makanya pasti butuh waktu buat saling mengenal."

Sakti tertawa pelan.

"Yaudah. Gue yang putusin lo. Kita udaahan ya?"

Almira tertegun dengan nafas yang tercekat. Ia merasa pasokan udara di sekitarnya habis bis bis. Wajahnya merah padam menahan kesal. Tapi juga tersirat kesedihan disana.

"Sakti!" Panggilnya. Namun percuma, motor Sakti sudah mekaju darisana. Meninggalkan Almira sendirian.

Almira memilih berjalan lunglai menuju kelasnya. Disaat seperti ini, bukan waktu yang tepat untuk pulang. Tidak jelas memang. Kenapa harinya bertepatan sekali dengan masalah sahabatnya yang lain?

Langit tiba-tiba mendung. Sementara Almira tersenyum ketir. Seperti itulah langit. Selalu tiba-tiba memberikan kejutan.

Ia memilih diam. Merasakan butiran air yang mulai menyentuh bumi. Almia tidak peduli sekalipun rambutnya acak-acakan, ataupun wajahnya yang tidak karuan sekarang. Intinya Almira ingin menjadi pemberontaka kali inii saja.

Something Between Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang